2020
DOI: 10.31315/jik.v16i3.3209
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Perempuan, Media dan Profesi Jurnalis

Abstract: Tahun 2018, reformasi di Tanah Air memasuki usia 20 tahun. Era dimana kebebasan berpendapat dan berekspresi hadir hampir di setiap sudut kehidupan masyarakat Indonesia. Namun kondisi ini rupanya tidak sepenuhnya dialami jurnalis perempuan. Pandangan bahwa pekerjaan ini lebih cocok untuk laki-laki masih tampak dengan lebih banyaknya jumlah jurnalis pria dibandingkan perempuan. Penelitian ini ingin melihat perbedaan perlakuan perusahaan media terhadap jurnalis perempuan di dunia kerja dan bagaimana jurnalis pere… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2021
2021
2023
2023

Publication Types

Select...
5
1

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 6 publications
(7 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…Berdasarkan hasil penelusuran sejumlah literatur, minimnya wartawan perempuan dikirim meliput ke wilayah konflik, disebabkan oleh beberapa hal, pertama bahwa ada rasa takut dan khawatir dari para wartawan perempuan sendiri ketika akan dikirim ke wilayah konflik. Sebagaimana hasil penelitian Stellarosa & Silaban (2018) yang menyatakan bahwa wartawan perempuan seperti membungkam dirinya sendiri secara tidak sadar. Stellarosa dan Silaban melihat membungkam diri terjadi karena stereotip yang melekat pada lingkungan sosial serta penguasaan media yang biasanya dipegang oleh lakilaki.…”
Section: Realitas Jurnalis Perempuan Dalam Peliputan Konflikunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Berdasarkan hasil penelusuran sejumlah literatur, minimnya wartawan perempuan dikirim meliput ke wilayah konflik, disebabkan oleh beberapa hal, pertama bahwa ada rasa takut dan khawatir dari para wartawan perempuan sendiri ketika akan dikirim ke wilayah konflik. Sebagaimana hasil penelitian Stellarosa & Silaban (2018) yang menyatakan bahwa wartawan perempuan seperti membungkam dirinya sendiri secara tidak sadar. Stellarosa dan Silaban melihat membungkam diri terjadi karena stereotip yang melekat pada lingkungan sosial serta penguasaan media yang biasanya dipegang oleh lakilaki.…”
Section: Realitas Jurnalis Perempuan Dalam Peliputan Konflikunclassified
“…Perempuan dibungkam dengan menolak memegang posisi struktural atau diberikan asuransi jangka panjang. Penolakan ini karena pihak keluarga membutuhkan waktu atau tidak ingin terjerat urusan bisnis media (Stellarosa and Silaban 2018). Kedua liputan konflik dianggap sebagai liputan "keras" dan maskulin yang tidak cocok untuk perempuan (Sunarto 2014) (Sunarto, 2014).…”
Section: Realitas Jurnalis Perempuan Dalam Peliputan Konflikunclassified
“…Dan lakilaki adalah (atau seharusnya) agen, yang berarti mereka (atau seharusnya) kuat, kuat, agresif, kompeten, kompetitif, dan mandiri (Sany & Rahardja, 2016). Ketika kita memikirkan masalah gender di tempat kerja, kita biasanya memikirkan masalah seperti pelecehan seksual, kesenjangan gaji dan sebagainya (Stellarosa & Silaban, 2018). Tetapi efek bias menyebar ke banyak aspek pekerjaan sehari-hari, seringkali dengan cara yang tidak selalu mudah dikenali atau diidentifikasi.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Kondisi ini memposisikan perempuan dalam posisi yang tidak setara. Perbedaan gender disini sering kali menimbulkan budaya ketidakadilan bagi kaum perempuan dalam berbagai bidang (Stellarosa and Silaban 2020).…”
Section: Peran Perempuan Dalam Konteks Budayaunclassified