Budidaya penggemukan kepiting bakau (Scylla serrata) biasanya membutuhkan lahan yang luas, inovasi dilakukan dengan membuat apartemen kepiting. Penelitian dilakukan bulan September – November 2023, lokasi penggemukan kepiting di Desa Pagarawan dan Pantai Takari, Kabupaten Bangka. Lokasi pengukuran morfometrik kepiting bakau di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Bangka Belitung. Uji kandungan protein di Laboratorium Kesehatan Daerah DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji morfometrik, kandungan protein, dan kelulushidupan kepiting bakau di apartemen kepiting di Desa Pagarawan dan Pantai Takari. Metode penelitian dengan eksperimental dan pelibatan masyarakat untuk mengukur morfometrik, kandungan protein, dan kelulushidupan kepiting. Hasil penelitian menunjukkan perbandingan antara berat, lebar, dan panjang kepiting bakau di Pagarawan yaitu 1,6:1,4:1. Hal ini menunjukan kepiting bakau lebih gemuk, saat berat kepiting sekitar 160 gram maka kemungkinan lebar karapas ±14 cm dan panjang karapas ±10 cm, sedangkan kepiting di Takari lebih kecil dan kurus. Kandungan protein kepiting bakau di Pagarawan dengan nilai rata-rata 17,5 gr/100gr dan di Takari 15,1 gr/100gr. Tingkat kelulushidupan atau Survival Rate (SR) kepiting bakau di Pagarawan yaitu 87%. Kondisi ini berarti kepiting cocok dibudidayakan dalam wadah box apartemen kepiting dengan sumber air dari kolam sistem resirkulasi, diduga bahwa pencemaran air akibat ammonia tidak terlalu mempengaruhi. Tingkat kelulushidupan kepiting bakau di Takari menunjukkan persentase nol. Ruang yang sempit, ada sisa makanan, dan sirkulasi air dengan kandungan amoniak hingga 0,05 mg/l diduga berkonstribusi pada kematian kepiting. Kualitas air di kedua tempat pemeliharaan kepiting menunjukkan suhu, pH, salinitas, DO, ammonia, nitrat, dan phospat masih dalam kisaran normal untuk pemeliharaan kepiting bakau.