Abstrak
Populisme agama menjadi kata kunci penting dalam membahas pola kebangkitan politik Islam kontemporer. Absennya kemenangan partai politik Islam sebagai pemenang pemilu di Indonesia paska reformasi menjadikan populisme menjadi pilihan logis dalam menyampaikan aspirasi mengatasnamakan umat islam. Hal ini setidaknya terjadi pemilu gubernur DKI kontemporer yang dimulai sejak 2007 hingga 2017. Populisme agama menjadi poin penting dalam memberikan narasi penting yang berpengaruh kepada pemilih maupun kandidat yang akan maju di pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Tulisan ini akan berusaha mengelaborasi lebih lanjut mengenai transformasi populsime agama yang berlangsung dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta baru-baru ini. Adapun metode riset yang digunakan metode riset campuran berbasis studi lapangan dan juga studi kepustakaan. Hasil riset ini memperlihatkan bahwa dampak populisme agama dalam pemilu kepala daerah menjadikan kompetisi elektoral bertensi lebih tinggi. Terlebih lagi ketika di ruang publik, populisme agama berdampak pada labelisasi hitam dan putih yang berdampak pada relasi sosial.
Abstract
Religious populism becomes a main keyword to discuss the recent pattern of Islamic revivalism in Indonesia. Th rise of religious populism comes to appear due to unfortunate position for Islamic parties in every election. This condition eventually encourages Muslim to look for alternative political aspiration that currently ends up in populism form. The populism itself has been growing up in recent Jakarta gubernatorial election from 2007 t0 2007. More importantly, religious populism is very strategic to attract voters because the extensive use of religion. Following up this background, this paper aims at further elaborating the transformation of religious populism during the recent Jakarta gubernatorial elections. The research method I use was mixed method that consists of fieldwork case study and archival research. This paper shows that the impact of religious populism on regional election turned the electoral competition more heated. Most importantly, when it comes to the public spaces, religious populism caused the social segmentation “black” and “white” that affects daily social interaction.