Background: Phlebitis is a nosocomial infection that often occurs and can be found in hospitals. Phlebitis is an infection that occurs in the walls of the veins which can be caused by various factors such as internal factors namely age and gender, as well as external factors such as the size of the infusion needle, the type of infusion fluid, the aseptic technique of infusion, and the number of days the infusion has been installed. Because of many factors influencing the phlebitis, lack of focus on phlebitis prevention often occurs.Purpose: This study aimed to determine the relationship between risk factors of phlebitis such as age, gender, infusion size, type of infusion fluid, location of infusion, length of infusion installed, and aseptic technique with the incidence of phlebitis in patients at a Private Hospital in Manado.Methods: The research method was quantitative, descriptive correlation with a cross-sectional approach. The sampling technique was used consecutive sampling with a total sample of 192 patients. Data was collected using an observation form for phlebitis risk factors and Visual Infusion Phlebitis (VIP) to measure phlebitis.Results: An analysis was carried out using the chi-square test and it was found that there were three risk factors that had a significant relationship with the incidence of phlebitis. These factors were the type of fluid (p= 0.000), aseptic technique (p= 0.011), and length of infusion installed (p= 0.020). While age (p= 0.383), sex (p= 0.948), infusion size (p= 0.247), and location of infusion (p= 0.826) had no relationship with the incidence of phlebitis. Furthermore, after logistic regression analysis, it was found that the type of fluid has a 13,539 times greater risk of developing phlebitis compared to the length of infusion installed and aseptic technique.Conclusion: The risk factors such as type of fluid, aseptic technique, and the length of infusion installed had a significant relationship with the incidence of phlebitis in a patient at a Private Hospital in Manado. The type of fluid is the most influential risk factor for the incidence of phlebitis in patients. It is recommended for nurses to minimize the use of hypertonic fluids, unless there are no contraindications. In addition, further attention is also needed regarding aseptic technique during infusion and pay attention to the condition of the patient's infusion during the treatment period. ABSTRAKPendahuluan: Flebitis merupakan infeksi nosocomial yang sering terjadi dan banyak ditemui di rumah sakit. Flebitis adalah infeksi yang terjadi pada dinding pembuluh darah vena yang dapat diakibatkan oleh berbagai faktor seperti faktor internal yaitu usia dan jenis kelamin, serta faktor eksternal seperti ukuran jarum infus, jenis cairan infus, teknik aseptik pemasangan infus, dan lama hari infus terpasang. Begitu banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya flebitis mengakibatkan kurangnya fokus pencegahan flebitis pada sumber penyebabnya.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor resiko terjadinya flebitis seperti usia, jenis kelamin, ukuran infus, jenis cairan infus, lokasi pemasangan infus, lama infus terpasang, dan teknik aseptik dengan kejadian flebitis pada pasien di salah satu Rumah Sakit swasta di Manado.Metode: Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah consecutive sampling dan didapatkan jumlah sampel sebesar 192 pasien. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi faktor resiko flebitis dan Visual Infusion Phlebitis (VIP) untuk mengukur flebitis.Hasil: Telah dilakukan analisis dengan menggunakan uji chi-square dan ditemukan bahwa terdapat tiga faktor resiko yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian flebitis. Faktor tersebut adalah jenis cairan (p= 0,000), teknik aseptik (p= 0,011), dan lama infus terpasang (p= 0,020). Sedangkan usia (p= 0,383), jenis kelamin (p= 0,948), ukuran infus (p= 0,247), lokasi pemasangan (p= 0,826) tidak memiliki hubungan dengan kejadian flebitis. Lebih lanjut setelah dilakukan analisa regresi logistik, ditemukan bahwa jenis cairan memiliki risiko 13.539 kali lebih besar terjadinya flebitis dibandingkan dengan lama infus terpasang dan teknik aseptik.Kesimpulan: Faktor resiko jenis cairan, teknik aseptic, dan lama infus terpasang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian flebitis pada pasien di salah satu Rumah Sakit Swasta Di Manado. Jenis cairan merupakan faktor resiko yan g paling berpengaruh terhadap kejadian flebitis pada pasien. Diharapkan bagi perawat untuk meminimalisir penggunaan cairan hipertonik, kecuali tidak ada kontraindikasi. Selainitu, dibutuhkan juga perhatian lebih lanjutg mengenai teknik aseptik pada saat pemasangan infus serta memperhatikan kondisi infus pasien selama masa perawatan.