2019
DOI: 10.22373/jiif.v19i1.4380
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Potensi Budaya Minum Kopi (Ngopi) Dalam Membangun Kembali Koeksistensi Masyarakat Aceh Paska Konflik

Abstract: The widespread and prolonged violent conflict in Aceh has passed down negative legacy within a vulnerable communities. One of the most-exposed  the social capital elements is the mutual trust or the excessive manifestation of hate. Although suspicion often provides a sense of security in violent conflict, yet when peace is present, the inherent feeling of distrust can disrupt the construction of community coexistence towards reconciliation. However, with the development of a fairly massive coffee culture, prom… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
2

Citation Types

0
2
0
2

Year Published

2021
2021
2023
2023

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(4 citation statements)
references
References 4 publications
0
2
0
2
Order By: Relevance
“…Peristiwa melewatkan waktu minum secangkir kopi menyebabkan munculnya dan berkembangnya budaya minum kopi melalui sistem tanam paksa yang diperkenalkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1830, meskipun pada awalnya hanya dilakukan oleh orang dewasa dan didominasi oleh laki-laki (As'ad dan Aji, 2020). Dengan demikian, minum kopi sudah lama menjadi aktivitas yang mapan di kalangan masyarakat Indonesia (Taqwadin et al, 2019). Apalagi berkat perkembangan teknologi pengemasan makanan, operasional kopi dapat dengan mudah dilakukan hampir di mana saja dan kapan saja.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Peristiwa melewatkan waktu minum secangkir kopi menyebabkan munculnya dan berkembangnya budaya minum kopi melalui sistem tanam paksa yang diperkenalkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1830, meskipun pada awalnya hanya dilakukan oleh orang dewasa dan didominasi oleh laki-laki (As'ad dan Aji, 2020). Dengan demikian, minum kopi sudah lama menjadi aktivitas yang mapan di kalangan masyarakat Indonesia (Taqwadin et al, 2019). Apalagi berkat perkembangan teknologi pengemasan makanan, operasional kopi dapat dengan mudah dilakukan hampir di mana saja dan kapan saja.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pengunjungnya mulai dari dewasa hingga pelajar (Juliadi et al, 2021). Sebagian peneliti bahkan telah meletakkan budaya kopi ini sebagai sebuah kerangka metodologis yang tersusun atas kuphi (kopi) sebagai instrumen, jeip kuphi (minum kopi) sebagai proses, dan keude kuphi (warung kopi) sebagai media, tiga unsur yang tidak terpisahkan dalam budaya kopi di Aceh (Taqwadin et al, 2019) menggambarkan betapa kopi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Aceh.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Furthermore, it can contribute to conflict resolution and act as political strategies (Samnuzulsari et al, 2019;Taqwadin et al, 2019). However, there are also environmental impacts that should be taken into account.…”
Section: A Introductionmentioning
confidence: 99%
“…As one of the important commercial products traded globally, coffee is a valuable and growing industrial raw material (Giraldi-Díaz et al, 2018). The demand for environmentally friendly coffee production from upstream to downstream urges entrepreneurs to also (Hardiyanti & Puspa, 2021), tourism (Cakranegara, 2020), architectural (Ifani, 2019), social (Taqwadin et al, 2019;Viartasiwi & Trihartono, 2020), political (Samnuzulsari et al, 2019), linguistic (Zahra et al, 2021), and business (Azzuhri & Tanjung, 2018;Fitrianingrum & Angga, 2019;Gumilang et al, 2021;Putranto & Hudrasyah, 2017) and spatial (Maulana et al, 2021) approaches. Nevertheless, environmental aspects of coffee shop are rarely discussed.…”
Section: A Introductionmentioning
confidence: 99%