Professional Quality of Life of Nurses in Private Hospitals in Western Indonesia [Gambaran Kualitas Hidup Profesional Pada Perawat Di Satu Rumah Sakit Swasta Indonesia Bagian Barat]

Abstract

<p><em>Professional Quality of life is individual’s quality in his/her works as a helper who has aspect which influence </em><em>him/her to do their work which divided into two aspect of positive and negative aspect. Positive aspect is a </em><em>compassion satisfaction while negative aspect included burn out and secondary trauma stress. Result of the </em><em>interview from four nurses in Western Indonesia showed that the nurses experience high stress in doing their </em><em>work which caused by too many patients as well as complaining from the patients. The purpose of this study is </em><em>to know the quality of professional life in nurses of private hospital in Western Indonesia. The research </em><em>method is descriptive quantitative with univariate analysis. This study used questionnaire entitled Professional </em><em>Quality of Life Scale (ProQOL). From 32 respondents of nurses’ associate, it was revealed that 24 nurses </em><em>(75%) were in moderate level of compassion satisfaction while seven other nurses (22%) were on high level of </em><em>compassion satisfaction. Next, on burn out was found out that 17 nurses (53%) in moderate level and 15 </em><em>nurses (47%) in ow level of burn out. For the last aspect of secondary trauma stress showed the interesting </em><em>result which showed the same percentage of nurses (50%) n both level low and moderate. The researcher </em><em>hopes that in the future there will be a research about factors that relates to professional quality of life to the </em><em>nurses.</em></p><p><strong>BAHASA INDONESIA ABSTRAK </strong>Kualitas hidup profesional (KHP) adalah kualitas seseorang dalam pekerjaannya untuk menjadi seorang penolong yang memiliki aspek yang berpengaruh dalam melakukan pekerjaan yang terbagi dalam dua aspek yaitu, aspek positif dan aspek negatif. Aspek positif meliputi <em>compassion satisfaction</em>, sedangkan aspek negatif adalah <em>compassion fatigue</em> yang terdiri dari <em>burn out</em> dan <em>secondary trauma stres</em>. Hasil wawancara yang dilakukan pada empat perawat di Rumah Sakit Swasta di Indonesia Bagian Barat, perawat mengatakan mengalami stres yang tinggi dalam melakukan pekerjaannya yang diakibatkan karena banyaknya jumlah pasien dan komplain dari pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas hidup profesional pada perawat di satu Rumah Sakit Swasta Indonesia bagian Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif menggunakan analisa univariat. Penelitian ini menggunakan kuesioner berjudul <em>Professional Quality Of Life Scale</em> (ProQOL). Dari total 32 responden perawat pelaksana didapatkan hasil 24 perawat (75%) berada pada level sedang <em>compassion satisfaction</em>, sedangkan tujuh perawat (22%) berada pada level tinggi<em> compassion satisfaction</em>. Selanjutnya untuk <em>burn out</em> sedang ditemukan pada 17 perawat (53%) dan 15 perawat (47%) berada di level rendah <em>burn out</em>. Pada aspek <em>secondary trauma stress</em> menunjukkan hasil yang menarik yaitu perawat tercatat memiliki level rendah dan sedang dengan persentase yang sama yaitu 50% pada masing-masing level. Peneliti berharap peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor yang berkaitan dengan kualitas hidup profesional pada perawat.</p>

Adaptasi Alat Ukur Professional Quality of Life pada Psikolog Klinis di Fasilitas Kesehatan

“…Namun belum dilakukan uji validitas terhadap alat ukur tersebut. Penelitian lain yang meneliti bagaimana kualitas hidup para perawat di rumah sakit swasta Indonesia bagian barat dengan menggunakan alat ukur PROQOL-V yang telah diadaptasi secara kultural dan dimodifikasi [13] menjadi open ended question diary dari penelitian mixed method [14]. Ditemukan juga bahwa tidak selalu trauma hadir dalam kehidupan seorang helper, yaitu dalam penelitian tersebut adalah seorang suster di rumah sakit dimana kelelahan welas asih bisa saja hanya bersumber pada aspek burn out.…”