Prosesi Mappasiarekeng dalam Tradisi Perkawinan Masyarakat Bugis di Ajangale

Abstract

Artikel ini membahas prosesi mappasiarekeng yang khas dalam tradisi perkawinan masyarakat Bugis di Ajangale. Kajian ini bersifat kualitatif yang dipaparkan secara deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data diawali dengan observasi, kemudian dilakukan pengamatan dan wawancara langsung kepada informan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui fungsi prosesi mappasiarekeng dalam tradisi perkawinan masyarakat Bugis yang khas dilakukan di wilayah Ajangale Kabupaten Bone. Prosedur analisis dilakukan yakni diawali dengan memaping data, kemudian menafsirkan, dan menyajikannya hingga mencapai kesimpulan. Hasil penelitian yang dicapai menunjukkan bahwa, prosesi mappasiarekeng merupakan bahagian penting yang dilaksanakan oleh masyarakat Bugis di Kecamatan Ajangale yang keberadaannya masih bertahan hingga dewasa kini. Prosesi mappasiarekeng merupakan sebagai bahagian dari tradisi perkawinan, yang dasarnya tidak diatur secara formal dalam syariat Islam. Namun, dalam tradisi suku Bugis di Ajangale kegiatan ini menjadi tahapan yang wajib dilaksanakan menurut adat-istiadat masyarakat. Adapun fungsi mappasiarekeng bagi masyarakat Bugis di Ajangale yaitu memosisikannya sebagai tahap penguatan atas kesepakatan hal-hal yang telah diputuskan pada mappettuada (lamaran) yang telah dilakukan sebelumnya, mencakup: tanra esso (penentuan hari akad), dui menre’/dui balanca (uang belanja), sompa (mahar), dan hal-hal lainnya. Fungsi lain mappasiarekeng yaitu tercapainya mufakat, menciptakan suasana kekeluargaan, serta menciptakan rasa kebersamaan antara keluarga kedua belah pihak.

The Bugis Culture in Marriage Proposal Communication

“…Yusuf (2017) highlights that the conception of political culture in community groups in Belawa is the implication of an understanding of local culture which is more complex in color to the views and ways in which the community plays a role in political institutions. Usman & Kaharuddin (2022) studies the mappasiarekeng procession for the Bugis custom of the Ajangale community, Bone Regency with the finding that the mappasiarekeng procession had a mappasiarekeng function for the Bugis community in Ajangale, namely positioning it as a strengthening stage for agreements on matters that had been decided on mappettuada (applications) that had been made previously, including tanra esso (determining the day of the contract), dui menre'/dui balance (spending money), sompa (dowry), and other matters. Study by Fitriyani (2022) reveals the positive impact of high Uang Panai' festive weddings, strata in society increased, and the value of popularity increased.…”

Badik in Logic and Legal Meaning

“…In a legal context, concepts and concepts such as the badik, which is an integral part of the culture of Bugis and Makassarese society, have a significant impact on social structures and legal norms. The badik as a symbol not only functions as a physical tool but also carries deep and diverse symbolic meanings (Yusmah, 2022). Badik lompo batang with its shape similar to the South Sulawesi cultural icon Pinisi boat contains semiotic meaning.…”