2020
DOI: 10.37031/jt.v18i2.77
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Prototipe Aplikasi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dengan Menerapkan Pendekatan Gamification

Abstract: Outbreaks of Corona Virus Disease (COVID-19) require the entire community to change, including education. The government issued a home study policy to reduce the spread of the virus. For students, studying at home relatively does not pose significant obstacles. Whereas for disabilities students, they need learning methods which able make them think that they are studying at school because there are scheduled lessons such as at school and material content that interests them in learning. So, they can concentrat… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2022
2022
2022
2022

Publication Types

Select...
2

Relationship

0
2

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(2 citation statements)
references
References 7 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Bermula dari suatu kejadian luar biasa yang menyebar seluruh belahan dunia yakni Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memberikan dampak luar biasa di berbagai aspek kehidupan tak terkecuali bidang pendidikan [1]. Peristiwa tersebut memaksa untuk segera beradaptasi segala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran, hal ini dikarenakan segala bentuk proses pembelajaran dilaksanakan secara online atau daring [2].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Bermula dari suatu kejadian luar biasa yang menyebar seluruh belahan dunia yakni Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memberikan dampak luar biasa di berbagai aspek kehidupan tak terkecuali bidang pendidikan [1]. Peristiwa tersebut memaksa untuk segera beradaptasi segala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran, hal ini dikarenakan segala bentuk proses pembelajaran dilaksanakan secara online atau daring [2].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Anak tunagrahita membutuhkan gambaran kongkrit untuk mengkonstruk sesuatu yang abstrak karena mereka memiliki tingkat intelektual yang lebih rendah daripada anak pada umumnya (Chasanah & Pradipta, 2019). Menurut Sagirani (2015), siswa tunagrahita ringan memilikii IQ antara 50-70 dan memilikii keterbatasan dalam memusatkan perhatian saat belajar, beraktifitas, kurang kreatif, dan tidak memiliki inisiatif. Di SLB PGRI Kawedanan khususnya kelas 6, mereka mudah bosan ketika guru menjelaskan materi hanya dengan ceramah, mereka lari-lari keluar kelas, mengganggu temannya bahkan diam tidak mau mengerjakan.…”
Section: Pembahasanunclassified