Anjing merupakan salah satu hewan yang sudah ribuan tahun menjadi peliharaan manusia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui morfometri oosit anjing dari berbagai umur dan status kedewasaan kelamin. Dalam penelitian ini, 22 pasang sampel ovarium dikoleksi dan disimpan dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) sebagai media transport. Oosit dikoleksi menggunakan metode slashing, dimana sayatan-sayatan dibuat pada korteks ovarium dan kemudian dibilas dengan NaCl. Cawan petri berisikan NaCl lalu diamati dibawah mikroskop untuk menemukan oosit. Diameter oosit diambil dengan merata-ratakan dua pengukuran secara tegak lurus satu sama lain. Jika oosit terhalang oleh sel kumulus, pengukuran dilakukan secara diagonal. Pengukuran yang diambil adalah diameter oosit (dengan zona pelusida) dan diameter ooplasma. Berdasarkan analisis statistik pada penelitian ini menggunakan uji one-way ANOVA, menunjukan diameter oosit dan ooplasma dari kelompok prepubertas, <1 tahun pospubertas (remaja), 1-4 tahun (dewasa), dan >4 tahun (tua) hampir tidak bisa dibedakan. Oosit dari anjing dewasa memiliki diameter terbesar (oosit = 108,0±27,8µm dan ooplasma = 85,7±19,5µm) dan secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan anjing prepubertas (oosit = 102,5±29,4 µm and ooplasma = 84,8±25,4µm). anjing remaja memiliki diameter terkcil (oosit = 94,1±28,9µm and ooplasma = 78,8±25,3µm), diikuti oleh anjing tua (oosit = 98,5±38,7µm and ooplasma 83,01±35,1µm). Penelitian lanjutan mengenai morfometri oosit diperlukan yang lebih berfokus pada ukuran oosit, siklus estrus, dan kualitas oosit.