Desa Jelantik memiliki beberapa kelompok masyarakat perajin tempe tahu dengan kapasitas produksi perkelompok mencapai 650 kg/hari. Industri kecil menengah ini mampu menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat meski juga menghasilkan limbah yang menjadi permasalahan lingkungan. Di sisi lain masih banyak warga sekitar pabrik yang tergolong lemah secara ekonomi. Seiring perkembangan pengetahuan dan teknologi, ampas yang merupakan hasil sampingan tahu tempe saat ini sudah banyak diteliti dan dimodifikasi menjadi makanan olahan bergizi. Kegiatan pelatihan bertujuan untuk memberdayakan ibu-ibu di sekitar pabrik untuk memanfaatkan ampas tahu menjadi olahan komersil. Ampas tahu tersedia melimpah, berharga murah, secara nutrisi juga masih memiliki kandungan gizi yang baik, sehingga potensial menjadi komoditi andalan daerah. Pelatihan dilakukan dengan praktik langsung mengolah ampas tahu menjadi tempe gembus dan kerupuk. Pelatihan juga memberikan praktik membuat olahan berbahan lokal lain, yaitu keripik tempe dan pisang. Selain praktik langsung, pelatihan juga mentransfer informasi melalui video pembuatan olahan ampas tahu kekinian seperti brownis, nuget dan stick. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah masyarakat mampu membuat tempe gembus, kerupuk ampas tahu, keripik tempe dan keripik pisang. Wawasan mereka juga lebih terbuka dan terinspirasi untuk memanfaatkan ampas tahu menjadi komoditi bisnis yang menjanjikan. Pelatihan ini sekaligus dapat menjawab beberapa permasalahan teknis yang dihadapi masyarakat terkait pembuatan produk sejenis. Sebagai pelengkap, pelatihan juga membagi pengetahuan cara pengemasan produk serta pemasarannya. Saat ini kelompok masyarakat sasaran telah mampu menghasilkan produk berbahan ampas tahu, tempe dan pisang dan bersiap membentuk kelompok wirausaha bersama.