Pendahuluan. Diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL) merupakan limfoma yang paling sering ditemukan di Indonesia. Kemoterapi R-CHOP mempunyai risiko moderat untuk terjadinya neutropenia/demam neutropenia. Limfosit dapat menggambarkan imunitas pejamu, sedangkan neutrofil dan monosit dapat menggambarkan respons inflamasi. Belum ada penelitian yang menilai hitung jenis leukosit sebagai prediktor neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi R-CHOP pada pasien DLBCL. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan parameter hitung jenis leukosit sebelum kemoterapi sebagai prediktor neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi R-CHOP pada pasien DLBCL. Metode. Studi kohort retrospektif di RSUPN. Cipto Mangunkusumo dilakukan pada pasien DLBCL 18-60 tahun, status performa ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group) 0-1, tanpa komorbid yang berhubungan dengan kemoterapi, serta mendapatkan kemoterapi R-CHOP 3 siklus pertama tanpa profilaksis G-CSF. Hasil. Dari 95 pasien, neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi terjadi pada 83 (87,4%) subjek atau 83 (55,3%) siklus dari total 150 siklus kemoterapi. Demam neutropenia terjadi pada 50,6% dari awitan neutropenia. Neutropenia berat terjadi pada 34 (41,0%) siklus dari 83 episode neutropenia. Neutropenia akut awitan pertama paling sering terjadi pada 7-15 hari pascakemoterapi. Rasio neutrofil limfosit mempunyai AUROC 0,74 (IK 95% 0,65-0,82); sedangkan limfosit absolut, neutrofil absolut, monosit absolut, dan rasio limfosit monosit mempunyai AUROC <0,70. Rasio neutrofil limfosit > 4,1 dapat memprediksi neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi RCHOP pada pasien DLBCL (sensitivitas 71,1%; spesivisitas 64,2%; nilai duga positif 71,1%; dan nilai duga negatif 64,2%). Simpulan. rasio neutrofil limfosit sebelum kemoterapi >4,1 merupakan prediktor neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi R-CHOP pada pasien DLBCL.