Remaja merupakan pengguna paling aktif di media sosial. Selain itu, sebagian besar remaja memiliki setidaknya satu akun palsu (fake account) di media sosial. Adanya akun palsu dapat membuat remaja bisa melakukan apapun tanpa khawatir akan konskuensinya, salah satunya adalah dengan melakukan cyber-agression. Selain itu, remaja masih sulit untuk mengendalikan emosi dikarenakan otak bagian frontal cortex belum berkembang secara sempurna. Penelitian ini bertujuan melihat gambaran cyber-agression remaja pengguna fake account di media sosial. Responden penelitian ini merupakan remaja berusia 13-18 tahun, pengguna fake account di media sosial, dan menghabiskan waktu di media sosial minimal satu jam per hari. Alat ukur yang digunakan adalah Cyber-Aggression Typology Questionnaire (CATQ) yang menghasilkan empat tipe cyber-aggression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja memiliki tipe impulsive-aversive aggression. Hal ini berarti bahwa remaja melakukan cyber-aggression secara spontan dengan tujuan ingin mengurangi perasaan negatif yang dirasakan.