Rendahnya Keterpilihan Perempuan pada Pemilu 2019 di Bali

Abstract

Hasil pemilu langsung pascareformasi hingga Pemilu 2019 menunjukkan Bali tidak pernah berhasil mengirimkan wakil perempuan ke DPR RI. Tulisan ini membahas mengenai apa yang menyebabkan kegagalan perempuan Bali dalam merebut kursi di DPR RI dengan menggunakan kerangka Supply-Demand. Pada sisi demand yang menitikberatkan pada bagaimana partai politik menyeleksi bakal calon untuk masuk ke dalam daftar caleg diketahui bahwa partai politik memberi perlakuan yang berbeda dari sisi akses ke mesin partai pada kandidat laki-laki dan perempuan. Pada sisi supply, penelitian ini menemukan bahwa caleg perempuan yang bertarung di Bali pada Pemilu 2019 memiliki keterbatasan dan hambatan di berbagai aspek seperti (1) kemampuan finansial yang minim, (2) pengalaman politik yang sedikit, (3) jaringan sosial yang terbatas, (4) keterbatasan ruang gerak dan waktu serta, (5) rendahnya motivasi politisi perempuan dalam berkarir politik. Perpaduan diskriminasi partai dan hambatan-hambatan besar pada sisi supply ini menyebabkan outcome berupa rendahnya keterpilihan perempuan di Bali pada pemilu 2019.
 Kata kunci: Bali, pemilu, perempuan, politik, supply-demand

Untitled

“…We cannot ignore data that suggests that some countries have applied gender equality policy very well -for instance, Iceland, the most genderequal country in the world for the 12th time, Finland, Norway, New Zealand, and Sweden (World Economic Forum 2021). On the contrary, there are still many people in various countries who experience gender inequality in the fields of education, participation in politics, decision-making, health, employment and so on (Gelgel and Apriani 2019). Table 1 outlines the differences in the representation of men and women in different skills clusters.…”