Penuaan merupakan proses alami dan kompleks yang ditandai dengan penurunan fungsi fisiologis manusia sehingga berakibat pada perubahan sistem imun. Sampai saat ini, deteksi penuaan imun (immunosenescence) masih memiliki kendala yang berarti. Penanda satu-satunya yang diyakini sebagai prediktor penuaan imun adalah immune risk profile (IRP). Namun, IRP hanya dapat diamati dengan pemeriksaan flow sitometri yang membutuhkan alat canggih dan keterampilan khusus. Untuk itu, diperlukan penelitian yang menemukan suatu penanda deteksi penuaan imun melalui metode yang lebih mudah. Beberapa marker kostimulator memiliki bentuk terlarut di dalam serum. Penanda CD28 dan CTLA-4 pada membran memainkan peran utama pada regulasi aktivasi limfosit T dan marker diagnostik pada autoimun ataupun penuaan imun. Meskipun demikian, bentuk terlarut dari penanda tersebut masih belum banyak diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti kaitan antara penanda sCD28 dan sCTLA-4 terhadap persentase IRP sel limfosit T CD8+CD45RA+ pada penuaan imun. Molekul kostimulator sCD28 dan sCTLA4 diukur menggunakan ELISA, sedangkan presentase sel limfosit T CD8+CD45RA+ menggunakan flow sitometri. Pada penelitian ini didapatkan 87 responden terdiri dari 23,0% responden kelompok individu muda, 40,2% kelompok pasien lupus eritematosus sistemik (LES), dan 36,8% responden kelompok lansia. Kadar sCD28 dan sCTLA-4 terhadap persentase sel limfosit T CD8+CD45RA+ memiliki hubungan yang tidak signifikan pada penuaan imun. Pada penuaan imun, fungsi sel limfosit T yang mengekspresikan CD45RA menampilkan cacat proliferatif dan pensinyalan, tetapi tetap polifungsional.