Respons tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap aplikasi konsorsium biostimulan di tiga tipologi lahan

Abstract

The consortium biostimulant combines several types of biostimulant applied holistically, such as phytohormones to induce physiological processes, humic acid to improve nutrition intake and land fertility, and biofertilizer arbuscular mycorrhizal fungi to improve abiotic stress tolerance. The objectives of this research were to analyze the effect of application consortium biostimulant on the growth and productivity of Bululawang sugarcane variety planted in three land typologies, i.e. irrigated heavy soil with good drainage (BPL), irrigated heavy soil with poor drainage (BPJ), and rainfed light soil with good drainage (RHL). The research was conducted on plant cane (PC) sugarcane areal in Lumajang Regency, East Java, from July 2019 to September 2020. The treatment plot area was 1 ha for each land typologies, and the observation were conducted on 10 m plant row with ten times replications. Each treatment was replicated ten times. The results showed that the application of consortium biostimulant could induce faster growth of sugarcane shoots and better roots at one month after planting (MAP). Stalk height and diameter showed significantly different values between treatment and control at the plant age 6 to 12 MAP. In addition, the sugarcane stalk weight per meter row also increases by 13.72 – 28.57%. The growth performance of sugarcane on a commercial scale increased, also sugarcane productivity increased by 11.08 – 20.36%. The potential sugar yield increased by 15.05% in BPL land typology, 4.9% in BPJ land typology, and 9.7% in RHL land typology. The difference in land typologies affected the effectiveness of the consortium biostimulant application in increasing sugarcane productivity.

Pengaruh tiga jenis formula teknologi Sucrosin terhadap pertumbuhan dan produktivitas tebu (Saccharum officinarum L.)

“…Paket teknologi Sucrosin terdiri dari biostimulan Sucrosin, pembenah tanah organik Humacoat, dan pupuk hayati Miza Plus. Asam humat dalam Humacoat berperan sebagai pembenah tanah untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, sementara CMA pada Miza Plus telah diperkaya dengan mikroba fungsional yang bermanfaat untuk menyehatkan tanaman (Yusup et al, 2021). Sinergi antara biostimulan Sucrosin, asam humat, dan CMA bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan tanaman melalui perbaikan perakaran, optimalisasi penyerapan hara dan air serta fotosintesis, sehingga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula.…”

“…Tiga perlakuan yang diuji tersaji pada Tabel 3, dengan skema timeline aplikasinya ditunjukkan pada Gambar 1. Metode aplikasi teknologi Sucrosin existing (Se) telah dilaporkan oleh Yusup et al (2021). Berdasarkan Gambar 1, pada perlakuan formula Se terdapat aplikasi Sucrosin dengan cara perendaman bahan tanam pada 0 BST, sedangkan pada perlakuan formula S1 dan S2 tidak ada.…”

“…Pengamatan pertumbuhan tebu dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada 1, 3, 6, dan 9 BST, sementara pengamatan produktivitas dilakukan pada 10 BST (Yusup et al, 2021), dengan modifikasi pada peubah jumlah tanaman yakni membedakan antara tanaman dengan batang beruas dan belum beruas pada 3 BST. Selain itu, penentuan bobot batang dilakukan pada 10 BST yaitu dengan menimbang batang pada juring pengamatan dan mengkonversinya dalam satuan hektar untuk mengestimasi produktivitas.…”

“…Perlakuan Sucrosin existing (Se) menunjukkan jumlah tunas tertinggi dan berbeda signifikan dibandingkan perlakuan lain dan kontrol, yaitu 7,8. Hal ini didukung oleh Yusup et al (2021) yang menyatakan bahwa aplikasi konsorsium biostimulan Sucrosin dengan cara perendaman yang diperkaya dengan asam humat dan pupuk hayati CMA mampu menginduksi pertumbuhan tunas tebu lebih cepat serta perakaran yang lebih baik pada umur 1 BST. Perlakuan tanpa perendaman dengan Sucrosin (S1 dan S2) belum menunjukkan perbedaan pertumbuhan dibanding kontrol.…”

“…Selain dilakukan pengamatan keragaan tanaman, pada 6 BST dilakukan pengamatan akar secara mikroskopis untuk mengetahui tingkat infeksi CMA. Salah satu komponen dari paket teknologi Sucrosin adalah Miza Plus, pupuk hayati dengan kandungan CMA yang bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan tanaman (Yusup et al, 2021). Secara visual CMA pada sel-sel akar tebu dengan perlakuan teknologi Sucrosin dan kontrol disajikan pada Gambar 6.…”