Selain tokoh pendidikan, Shaykh Sulaiman al-Rasuli juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki peranan penting dalam politik. Makalah ini memnincangkan tentang aktiviti politik Shaykh Sulaiman al-Rasuli menggunakan pendekatan analisis kandungan dengan menggunakan metode sejarah. Selain itu, makalah ini juga menggunakan teori creative minority yang dikembangkan oleh Toynbee, bahawa penindasan selalu melahirkan adanya a tiny creative minority (kelompok kecil dari kalangan minoritas kreatif). Dapatan dalam penelitian ini bahawa ketokohan politik Shaykh Sulaiman al-Rasuli dalam menghadapi kolonial menempuh cara kooperatif. Cara kooperatif tersebut, masyarakat Minangkabau diuntungkan secara politik. Pada masa kolonialisme Belanda Shaykh Sulaiman al-Rasuli telah berjaya mendirikan VIOS (Vereeniging Ittihadul Oelama Sumatera). Mendirikan organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Berjaya mematahkan RUU Kahwin daftar yang dirancang kolonial Belanda. Pada masa kolonialisme Jepun, Shaykh Sulaiman al-Rasuli membentuk Majelis Islam Tinggi Minangkabau (MITM) dan dipercaya sebagai Ketua Umum Majelis itu. Beliau juga berjaya menyemarakkan semangat pemuda untuk memasuki Laskar Rakyat. Setelah kemerdekaan, Shaykh Sulaiman al-Rasuli sebagai ketua sidang Dewan Konstituante pada tahun 1955. Penasehat tertinggi Partai Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Salah seorang tokoh pendiri Lasykar Muslimin Indonesia (Lasymi). Penasihat Gabernor Militer Sumatera Tengah. Ketua Komisi MUSI (Musyawarah Ulama Seluruh Indonesia) di Palembang dalam menentang komunisme.