Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa bibit rumput laut Gracilaria verrucosa. hasil kultur jaringan yang dibudidayakan di salah satu daerah sentra produksi rumput laut di Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan di Desa Murante Kecamatan Suli Kabupten Luwu, Sulawesi Selatan pada 2014 selama tiga siklus pemeliharaan dengan lama pemeliharaan 40 hari/siklus. Luasan tambak yang digunakan pada siklus pertama adalah 1,2 ha; siklus kedua 2 ha; dan siklus ketiga 4 ha. Sebagai perlakuan adalah bibit rumput laut hasil kultur jaringan dibandingkan dengan rumput laut lokal sebagai kontrol. Padat penebaran bibit rumput laut adalah 1.000 kg/ha yang dipelihara dengan metode tebar dasar. Penimbangan rumput laut dilakukan pada awal dan akhir penelitian untuk mengetahui laju pertumbuhan harian (LPH) dan produksi, sedangkan kandungan agar dianalisis setelah panen. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Dari tiga siklus budidaya menunjukkan bahwa bibit rumput laut hasil kultur jaringan memiliki performa pertumbuhan, produksi, dan kandungan agar yang lebih tinggi dibandingkan bibit rumput laut lokal dengan perbedaan masing-masing 12,1%; 17,8%; dan 6,7%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada siklus kedua, sedangkan kandungan agar tertinggi terjadi pada siklus ketiga baik pada bibit hasil kultur jaringan maupun bibit lokal. Bibit rumput laut Gracilaria sp. hasil kultur jaringan dapat dijadikan alternatif sumber bibit yang berkualitas.This study was aimed to evaluate the performance of G. verrucosa seaweed seed produced from tissue culture and cultivated at the seaweed production center in Murante Village Suli District Luwu Regency South Sulawesi in 2014. The seeds were cultivated for three production cycles, with each cycle lasted for 40 days. The first culture period was conducted in 1.2 ha, the second in 2 ha, and the third in 4 ha of pond areas. The treatments consisted of two different seaweed seed sources, i.e: tissue cultured seaweed seed and local seaweed as a control. The seaweed stocking density used was 1.000 kg/ha cultivated using broadcast method. The daily growth rate (DGR) and biomass as production indicators were measured at the initial and the end of the culture period. The agar yield was measured after harvest. The data were analyzed descriptively and presented in graphical visualization and data tabulation. The present study showed that tissue cultured seaweed had a higher performance in terms of growth, biomass production, and agar yield with the values of 12.1%, 17.8%, and 6.7%, respectively, than that of the local seedling. The highest DGR was produced at the second cycle, and the highest agar yield was measured at the third cycle for both of seaweed seedlings. Given this result, tissue cultured seaweed can be an alternative source of quality seeds.