Revitalisasi Hubungan Amerika Serikat Di Asia Pasifik

Abstract

Amerika Serikat (AS) sebagai tokoh tunggal dalam kekuatan dunia memainkan peran utama dalam mengubah sistem internasional. AS �berkewajiban� menjaga ketertiban dunia yang ditujukan dengan banyaknya personel militer yang dikirim keluar negeri guna menjalankan misi tersebut. Setelah memutuskan kembali ke Asia-Pasifik, AS menegaskan untuk membangun suasana saling percaya dengan negara-negara lain di kawasan. Dalam pelaksanaan strateginya, AS mengedepankan peran sekutunya dan membentuk jaringan yang meliputi seluruh dunia. AS secara aktif mengembangkan hubungan dengan NATO dan para sekutu-nya untuk mempertahankan keamanan dan perdamaian, dan terus memperhebat strategi pindah poros ke Asia dan Pasifik.
 Amerika Serikat meningkatkan kerjasama pertahanan dengan Australia untuk meningkatkan akses militer Amerika Serikat terhadap fasilitas militer Australia. Bagi Australia, AS akan tetap menjadi aktor di Asia Pasifik. Hadirnya armada AS di Darwin, Australia akan memberikan rasa nyaman dan aman secara politik dan militer, mengingat kepentingan mereka sejalan untuk membendung kekuatan dari Utara (Asia).

Strategi Amerika Serikat dalam Membendung Kebangkitan Tiongkok di Asia Pasifik melalui Aliansi Pertahanan Quadrilateral Periode 2017-2020

“…Peningkatan GDP tertinggi terjadi pada tahun 2018, yaitu USD 1,58 triliun (The World Bank Data, 2020) (Anjani, 2018). AS mengeluarkan kebijakan "Rebalancing Strategy" kepada Asia Pasifik, yang mencakup sektor ekonomi, politik dan militer, seperti dengan menempatkan 106.000 personel US Army Pacific Command, dengan sekitar 300 pesawat dan helikopter, serta 5 armada angkatan laut (Sari & Yani, 2017) Aliansi Quad merupakan suatu bentuk aliansi keamanan di Asia Pasifik, meliputi AS, Australia, Jepang dan India, yang diprakarsai oleh PM Jepang Shinzo Abe tahun 2007. Pada Quadrilateral Security Dialogue (QSD) pertama tahun 2007, PM Abe juga memperkenalkan terminologi "Indo-Pasifik" sebagai arsitektur geopolitik baru di Asia Pasifik, dengan memperluas peran India dalam mewujudkan kerja sama dan tata kelola keamanan kawasan (Iriawan, 2018).…”

“…Pasca Perang Dingin, AS sempat mengurangi perhatian ke Asia Pasifik dan fokus ke Timur Tengah, namun setelah kebangkitan sejumlah negara middle power dan major power, seperti Jepang, Korsel dan Tiongkok, serta pentingnya kawasan ini untuk mencegah Krisis Moneter 2008 menjadi Great Depression (Anjani, 2018), membuat AS harus memformulasikan kembali hubungannya dengan Asia Pasifik untuk menjaga hegemoni AS pada percaturan dunia. Kebijakan AS terhadap Asia Pasifik pasca Perang Dingin diantaranya menempatkan 106.000 personel US Army Pacific Command di sejumlah negara, dengan sekitar 300 pesawat dan helikopter, serta 5 armada angkatan laut (Sari & Yani, 2017). AS juga membangun pangkalan militer di Darwin, Australia, pada pertemuan AUSMIN tahun 2011.…”