Thoracic trauma is a significant cause of mortality and morbidity. Difficulties in the management of blunt thoracic trauma patients are caused by the late presentation of acute respiratory distress syndrome (ARDS). Thorax trauma severity score (TTSS), introduced by Pape et al. in 2000, includes patient age, physiologic parameters, and thoracic radiological assessment. This study was aimed to assess the ability of TTSS in prediction of the occurence of ARDS in patients with blunt thoracic trauma. Statistical analysis performed was receiver operating characteristic (ROC) curve. In this study, there were 50 blunt thoracic trauma patients (45 males and 5 females), aged ≥18 years old, admitted to Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital during August 2016 to July 2017. Patients with penetrating thoracic trauma, history of any lung disease, and blunt thoracic trauma with onset >24 hours were excluded. The patient age range was 18-73 years with a mean of 39.02 years. Overall, 12 patients (24%) developed ARDS, 9 patients (18%) with pulmonary contusion, 20 patients (40%) with rib fracture, 25 patients (50%) with hematothorax, 6 patients (12%) with pneumothorax, and 5 patients (10%) with hypoxemia. TTSS got the most optimal value of sensitivity (100%) and specifity (92.1%) in cut-off point of 6. Conclusion: TTSS can be used as a diagnostic tool to predict ARDS in blunt thoracic trauma.Keywords: thorax trauma severity score, acute respiratory distress syndrome, blunt thoracic traumaAbstrak: Trauma toraks merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang signifikan. Kesulitan penanganan pasien dengan trauma tumpul toraks disebabkan keterlambatan terdeteksinya acute respiratory distress syndrome (ARDS). Thorax trauma severity score (TTSS) yang diperkenalkan oleh Pape dkk pada tahun 2000 mencakup usia, parameter fisiologik, dan penilaian radiologik toraks. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kemampuan TTSS dalam memrediksi kejadian ARDS pada pasien dengan trauma tumpul toraks. Analisis statistik menggunakan receiver operating characteristic (ROC) curve. Dalam studi ini terdapat 50 pasien dengan trauma tumpul toraks (45 laki-laki dan 5 perempuan), berusia ≥18 tahun yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada Agustus 2016 s/d Juli 2017. Pasien dengan trauma tembus toraks, riwayat penyakit paru, dan trauma tumpul toraks dengan onset >24 jam tidak diikut sertakan dalam penelitian. Hasil penelitian mendapatkan rentang usia pasien 18-73 tahun dengan rerata 39,02 tahun. Terdapat 12 pasien (24%) dengan ARDS, 9 pasien (18%) dengan kontusio paru, 20 pasien (40%) dengan fraktur kosta, 25 pasien (50%) dengan hematotoraks, 6 pasien (12%) dengan pneumotoraks, dan 5 pasien (10%) dengan hipoksemia. TTSS mendapatkan nilai paling optimal dari sensitivitas (100%) dan spesifitas (92,1%) pada cut-off point 6. Simpulan: TTSS dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk memrediksi kejadian ARDS pada pasien dengan trauma tumpul toraks.Kata kunci: thorax trauma severity score, acute respiratory distress syndrome, trauma tumpul toraks