Arsitektur biomorfik merupakan desain bangunan yang secara langsung terinspirasi atau dipengaruhi oleh hewan, tumbuhan, tubuh manusia dan struktur anatomi dengan bahan yang dipilih untuk menciptakan harmoni estetika. Pendekatan arsitektur ini pada pada awalnya sebatas penekanan pada aspek visual bangunan terhadap kemiripan bentukan unsur alam. Namun seiring perkembangan jaman, implementasi arsitektur biomorfik mulai terintegrasi pada ekpresi struktur hingga prinsip arsitektur hijau. Strategi arsitektur hijau berperan untuk meminimalisasi dampak buruk dari kerusakan lingkungan seperti pemanfaatan pencahayaan dan penghawaan alami, efisiensi energi dan material alami. Studi kasus berupa objek kajian dari arsitek yang menggunakan pendekatan biomorfik seperti Frank Llyod, Santiago Calatrava dan Studio 505. Objek tersebut diantaranya adalah Johnson Wax, Planetarium L’Hemisferic dan Gedung Teratai di Wujin. Tujuan penelitian ini selain membahas sejarah arsitektur biomorfik juga mengkaji tiga bangunan yang terinspirasi oleh bentuk alam serta bagaimana penerapan arsitektur hijau pada elemen formalnya. Sehingga ditemukan beberapa implementasi prinsip arsitektur hijau diantaranya adalah Conserving Energy, working with climate, respect for use, respect for site. Melalui temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa karya-karya arsitek yang pada awalnya menggunakan pendekatan biomorfik untuk tujuan estetika belaka, kini mulai terintegrasi pula pada prinsip prinsip yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.