Pemerintah Indonesia mewajibkan seluruh masyarakat termasuk penduduk kota Cimahi untuk melakukan vaksinasi dalam menurunkan angka kasus COVID-19 yang disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2. Respons imun pascavaksinasi dapat dipengaruhi oleh usia, indeks massa tubuh (IMT), dan riwayat infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia, jenis kelamin, pekerjaan, IMT, riwayat infeksi, durasi vaksinasi, kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) dan pola hidup terhadap pembentukan IgG anti-SARS-CoV-2 pascavaksinasi CoronaVac pada masyarakat Kota Cimahi. Sampel yang digunakan adalah 83 orang warga Kota Cimahi yang sudah mendapatkan vaksinasi CoronaVac dosis kedua. Titer IgG anti-SARS-CoV-2 dalam serum diukur menggunakan metode ELISA kuantitatif jenis sandwich. Data dianalisis menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil menunjukkan bahwa kenaikan usia sebesar satu tahun menurunkan titer IgG anti-SARS-CoV-2 sebesar 0,08 U/ml. Kenaikan IMT sebesar satu poin menurunkan titer sebesar 0,2 U/ml. Riwayat infeksi meningkatkan titer sebesar 1,96 U/ml. Kenaikan durasi vaksinasi sebesar satu bulan menurunkan titer sebanyak 2,85 U/ml. Rutin berolah raga, mengonsumsi protein, vitamin C, dan D meningkatkan titer sebesar 0,88 U/ml, 0,68 U/ml, 0,17 U/ml, dan 0,34 U/ml. Usia, IMT, riwayat infeksi, durasi vaksinasi, dan pola hidup yang baik memiliki p-value ≤ 0,05. Dapat disimpulkan bahwa usia, IMT, riwayat infeksi, durasi vaksinasi, dan pola hidup yang baik memberikan pengaruh signifikan, sedangkan jenis kelamin, pekerjaan, dan KIPI tidak berpengaruh terhadap pembentukan IgG anti-SARS-CoV-2 pascavaksinasi CoronaVac pada sampel penelitian.