This study aims to reveal the controversy over the Cultivation system (cultuurstelsel) implementation in the Dutch East Indies (1830–1870). This research was carried out using the historical method. The stages consist of heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. This research relies on secondary sources that come from books and articles. This research data was collected using a document review technique. The researchers previously classified specific themes, namely the background of the Cultivation system policy, the Cultivation system policy in several previous works, and the end of the system policy. The results of this study show that research on Cultivation systems in Java is divided into three phases. The first phase started in the 1850s or 1860s and lasted until the early 1920s. While in the second phase began in the 1920s until the end of Dutch rule in Indonesia. Then in the third phase, starting from independence to the present. There was a paradigm shift regarding the Cultivation system in all stages. At first, it was more likely that the system was considered evil, then shifted to the judgment that it was good for the Dutch and bad for the indigenous population. Furthermore, the view indicates that the system benefited some people but was terrible for others. The controversial side of the policy persists to this day, and continuous research is needed to reveal the merits and demerits of the system.Keywords: Controversy, Impact, Cultivation, IndonesiaPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan sisi kontroversi dari pelaksanaan kebijakan Tanam Paksa di Hindia Belanda (1830-1870). Penelitian ini dikerjakan menggunakan metode sejarah. Tahapan penelitian yang dilakukan yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini mengandalkan sumber sekunder yang berasal dari buku dan artikel. Data itu dikumpulkan dengan teknik penelaahan dokumen, dengan sebelumnya peneliti melakukan klasifikasi terhadap tema-tema khusus, yaitu; latar belakang kebijakan Tanam Paksa, kebijakan Tanam Paksa di beberapa karya terdahulu, dan masa akhir kebijakan Tanam Paksa. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa Penelitian mengenai Tanam Paksa di Jawa dibagi ke dalam tiga fase. Fase pertama dimulai sejak tahun 1850 atau 1860-an sampai permulaan 1920-an. Sementara pada fase kedua, yang dimulai sejak tahun 1920-an sampai masa akhir kekuasaan Belanda di Indonesia. Kemudian pada fase ketiga, yang dimulai sejak kemerdekaan hingga saat ini. Pada ketiga fase itu terjadi pergeseran paradigma mengenai Tanam Paksa, di awal lebih cenderung bahwa sistem itu jahat, kemudian beralih menjadi sistem itu baik untuk Belanda dan jahat untuk penduduk pribumi. Selanjutnya berkembang pandangan yang mengindikasikan bahwa sistem itu menguntungkan bagi segolongan penduduk, namun jahat bagi golongan penduduk lainnya. Sisi kontroversi dari kebijakan itu masih berlangsung hingga hari ini dan dibutuhkan penelitian terus menerus untuk mengungkapkan baik dan buruknya sistem tersebut.Keywords: kontroversi, dampak, Tanam Paksa, Indonesia