Tujuan: Untuk mengetahui gambaran infeksi C. trachomatis pada kerusakan tuba fallopi wanita infertil. Bahan dan Metode: Penelitian ini melibatkan 42 wanita yang menjalani laparoskopi dalam tata laksana infertilitasnya. Infeksi C. trachomatis diperiksa menggunakan metode PCR dari usapan endoserviks dan IgG C. trachomatis diperiksa menggunakan metode ELISA dari darah vena. Kondisi tuba fallopi dilakukan evaluasi saat laparoskopi. Hasil: Didapatkan C. trachomatis sebesar 14,29% dari PCR usapan endoserviks dan 38,10% dari IgG C. trachomatisdi darah. Sebagian besar tuba fallopi pada subyek dengan infeksi C. trachomatis menunjukkan kerusakan, ditandai adanya adhesi perituba, oklusi tuba, fimosis fimbria atau hidrosalping saat laparoskopi. IgG C. trachomatis berbeda signifikan pada kerusakan tuba fallopi (p = 0. 01), sedangkan endometriosis dan riwayat operasi sebagai faktor risiko tidak didapatkan perbedaan yang signifikan (p = 0. 26 dan p = 0. 27). Subyek dengan IgG C. trachomatis memiliki OR: 5. 5 (95% CI 1. 42-21. 7)untuk terjadi kerusakan tuba fallopi. IgG C. trachomatis memiliki sensitifitas 62,5%, spesifisitas 81,25%, PPV 62,5% dan NPV 81,25% dalam mendeteksi kerusakan tuba fallopi bila dikonfirmasi dengan hasil laparoskopi. Simpulan: Angka kejadian infeksi C. trachomatis pada wanita infertil cukup tinggi. Pemeriksaan IgG C. trachomatis dapat menjadi penanda adanya kerusakan tuba fallopi.Kata Kunci: C. trachomatis, infertilitas, kerusakan tuba fallopi, IgG, PCR Objectives: To know the description of C. trachomatis infection in tubal dysfunction of infertile women Materials and Methods: This study involves 42 women who underwent laparoscopy procedure in their infertility work up. Chlamydia trachomatis was detected using PCR from endocervical swabs and IgG was detected using ELISA from blood. Evaluation of the fallopian tube was done during laparoscopy procedure. Results: C. trachomatis was detected in 14,29% by PCR of endocervical swab and IgGin serum was detected in 38,10%. Most of the infected women in this study have fallopian tube dysfunction, confirmed by laparoscopic visualization of peritubal adhesion, tubal occlusion, fimbriae phimosis, or hydrosalphing. IgG C. trachomatis is significantly different between normal and dysfunctional fallopian tube (p = 0. 01). The occurrence of endometriosis and previous surgery was not statistically different (p = 0. 26 and p = 0. 27). Women with IgG C. trachomatis had OR: 5. 5 to get fallopian tube dysfunction(95% CI, 1. 42-21. 7). IgG C. trachomatis has sensitivity of 62. 5% and specificity of 81. 25%, PPV of 62,5% and NPV of 81,25% in detecting dysfunctional tube compared to laparoscopy.
Conclusion:The incidence of C. trachomatis infection is quite high in infertile women. IgG Chlamydia trachomatis can be used as a marker of fallopian tube dysfunction.
Keywords: Chlamydia trachomatis, infertility, fallopian tube dysfunction, IgG, PCRCorrespondence: Wafi Sariroh, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD Dr. Soetomo, Sur...