Laparoskopi telah berkembang dari prosedur bedah ginekologis terbatas yang hanya digunakan untuk diagnosis dan ligasi tuba menjadi alat bedah utama yang digunakan untuk banyak indikasi ginekologis. Emfisema subkutis adalah komplikasi dari bedah laparoskopik. Studi ini membahas pengelolaan anestesi untuk bedah laparoskopik dengan emfisema subkutis. Seorang wanita 37 tahun dengan adenomiosis dan kista coklat sinistra dengan rencana operasi reseksi adenomiosis dan kistektomi perlaparoskopi dengan status fisik ASA II Plan general anesthesia endotracheal tube (GAET). Operasi dilakukan tanggal 15 Oktober 2018, dengan durante operasi 5 jam. Saat infraoperatif, emfisema subkutis ditemukan dari diafragma hingga thorax. Emfisema subkutis dicurigai disebabkan karena terjadi penurunan kondisi pasien menjadi head down extreme (Trendelenburg position), dan insuflasi CO2 yang cukup ekstrim hingga 15–20 mmHg. Faktor tambahan lain juga disebabkan oleh banyaknya jaringan adiposa (IMT 32 kg/m2) sehingga menyulitkan operator untuk visualisasi pada lapang operasi. Pemantauan yang ketat selama durante operasi dan kepiawaian ahli anestesi dalam mendiagnosis serta melakukan intervensi respirasi merupakan hal yang krusial dalam mengendalikan kondisi emfisema subkutis agar tidak bertambah komplikasinya