Ikan lele merupakan ikan air tawar yang produksinya mengalami peningkatan setiap tahun di Indonesia. Peningkatan nilai tambah ikan lele salah satunya melalui pembuatan konsentrat protein ikan (KPI) dan tepung tulang sebagai salah satu alternatif sumber protein dan kalsium. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan metode terbaik pembuatan KPI tipe A berdasarkan standar FAO dan tepung tulang ikan lele dengan kriteria kadar kalsium >119 mg/g. KPI dibuat menggunakan metode Swedia dengan 2 perlakuan jenis pelarut (isopropil alkohol dan etanol) dan ekstraksi (1, 2, dan 3 kali). Tepung tulang ikan dibuat menggunakan 2 perlakuan, yaitu metode pressure cooker dan ekstraksi asam basa. Parameter yang dianalisis meliputi proksimat, kadar kalsium, profil asam amino, derajat putih, daya serap air, dan daya serap minyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode terbaik pembuatan KPI pada perlakuan ekstraksi menggunakan isopropil alkohol dan ekstraksi sebanyak 3 kali. KPI tipe A yang dihasilkan telah memenuhi standar FAO untuk kadar air 5,34±0,27%, protein 83,10±0,92%, dan lemak 0,20±0,04%. Derajat putih KPI perlakuan terbaik 85,10±0,08%, daya serap air 6,48±0,04 g/mL, dan daya serap minyak 6,05±0,09 g/mL. Asam amino tertinggi leusina dan asam glutamat. Metode terbaik pembuatan tepung tulang ikan lele, yaitu ekstraksi asam basa dengan kadar kalsium 323,81±0,33 mg/g, derajat putih 94,65±1,96%, daya serap air 8,36±0,14 g/mL, daya serap minyak 6,47±0,31 g/mL, kadar air 4,17±0,35%, abu 85,88±0,72%, protein 1,48±0,18%, dan lemak 1,27±0,38%. KPI dan tepung tulang ikan lele berpotensi sebagai sumber protein dan kalsium.