Menjadi pengkhotbah yang berhasil di kota Metropolitan dibutuhkan kecakapan budaya. Pengkhotbah harus membangun relasi dan jembatan antara pendengar yang berasal dari berbagai latar belakang agama, tingkat pendidikan, status sosial, dan tentunya suku. Oleh karena itu, dibutuhkan prinsip dan cara berkhotbah interkultural agar masyarakat metropolitan dapat memahami pesan yang hendak disampaikan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan literatur review. Hasil penelitian menunjukkan bahwa homiletik interkulural dapat tercapai apabila sang pengkhotbah memiliki kecakapan komunikasi lintas budaya dengan pertolongan Roh Kudus sebagai Roh yang menembus batas budaya, menyeimbangkan antara isu budaya lokal dengan kontemporer, menggunakan teknologi, mengundang pengkhotbah dari budaya lain, dan tentunya kesadaran untuk mengembangkan misi serta ibadah multikultural.