2004
DOI: 10.1093/bja/aeh098
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Sore throat and hoarseness after total intravenous anaesthesia

Abstract: Knowledge of these factors may reduce postoperative throat complications, and improve patient satisfaction.

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

7
62
2
5

Year Published

2004
2004
2022
2022

Publication Types

Select...
7

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 103 publications
(76 citation statements)
references
References 10 publications
7
62
2
5
Order By: Relevance
“…Postoperative sore throat (POST) is a common complication in patients undergoing endotracheal intubation due to direct trauma to tracheal mucosa [1,2]. Although POST is minor and self-limiting over time, many patients experience this complication.…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%
“…Postoperative sore throat (POST) is a common complication in patients undergoing endotracheal intubation due to direct trauma to tracheal mucosa [1,2]. Although POST is minor and self-limiting over time, many patients experience this complication.…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%
“…Nyeri tenggorok pascaoperasi terjadi karena iritasi dan juga inflamasi lokal akibat trauma pada saat laringoskopi dan pemasangan pipa endotrakeal di daerah faring, laring, dan juga trakea. [1][2][3][4][5] Angka kejadian POST setelah pemasangan pipa endotrakeal (ETT) ialah 6-76%. Walaupun POST merupakan komplikasi ringan, namun memberikan kontribusi terhadap morbiditas pascaoperasi, kepuasan pasien, dan merupakan efek samping yang sering dikeluhkan pasien pada periode pascaoperasi.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…[1][2][3] Beberapa tindakan nonfarmakologi yang dapat dilakukan adalah menggunakan pipa endotrakeal dengan ukuran yang lebih kecil, pemberian jeli pelicin yang larut dalam air pada ETT, insersi ETT ke saluran napas dengan hati-hati, melakukan intubasi setelah benarbenar relaks, melakukan pengisapan lendir di daerah orofaring dengan hati-hati, melakukan ekstubasi setelah balon ETT dipastikan sudah kempis, mempertahankan tekanan balon ETT kurang dari 30 mmHg, dan penggunaan pipa endotrakeal low-pressure cuff. 1,[3][4][5] Beberapa metode farmakologi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan inhalasi beklometason, pemberian steroid topikal pada balon ETT, injeksi deksametason intravena, inhalasi flutikason propionat, kumur-kumur dengan azulen sulfonat, kumur-kumur dengan non-steroidal antiinflammatory drug (NSAID) seperti aspirin dan benzidamin hidroklorida, kumur-kumur memakai antagonis reseptor N-methyl D-aspartate (NMDA) seperti ketamin sebelum operasi. [1][2][3][6][7][8] Pada penelitian yang menggunakan lozenge Strepsils ® (dibenal 1,2 mg, amilmetakresol 0,6 mg) untuk penatalaksanaan penyakit radang mulut pada 22 pasien dan kasus bedah mulut 20 orang, dilaporkan bahwa Strepsils ® efektif untuk profilaksis dan juga penyembuhan pada peradangan mulut.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 2 more Smart Citations