Rasa takut akan kematian dan damba akan kekekalan sudah lama dibahas agama dan filsafat. Sayangnya, masih teramat sedikit ilmu sosial lintas-disiplin dan multi perspektif yang mengaji isu mortalitas dan imortalitas sekaligus dalam bentuk buku tunggal (monograf). Merefleksikan pandangan Zygmunt Bauman dalam Mortality, Immortality, and Other Life Strategies (1992), penulis menawarkan rekonstruksi pemikiran Bauman tentang konsep modernitas dalam hubungannya dengan isu mortalitas dan konsep pascamodernitas dalam hubungannya dengan isu imortalitas. Sebagaimana modernitas mendekonstruksi isu besar mortalitas menjadi sejumlah problem yang bisa ditangani, demikian juga pascamodernitas mendekonstruksi isu imortalitas menjadi enam model berbasis problem, seperti problem identitas yang cair sebagai proyek konstitusi-diri (identitas pengembara), ketenaran dalam fesyen dan selebriti, ide repetisi dan representasi, permainan dan tontonan, rantai kenikmatan sesaat yang ultim, sebagai strategi stratifikasi sosial, dan sebagai penegasan identitas sekaligus otoritas dalam komunitas. Strategi dekonstruksi kekekalan mengemansipasi subjek pelaku, baik dalam dimensi individualitas maupun kolektivitasnya, dari keterbelengguan terhadap ruang-waktu (sejarah, wacana, ideologi, dan lain-lain), memampukan orang untuk meraih sesuatu yang pada prinsipnya mustahil untuk dijangkau di sini dan sekarang, tapi sekaligus menyimpan potensi ketidakadilan (misalnya lewat strategi stratifikasi dan eksklusi, juga privilese akses elit terhadap kekekalan), menonjolkan primasi entitas yang ontis di atas yang etis, serta melahirkan gugus korban baru. Dalam konteks yang lebih kekinian, cara-cara baru untuk mendekonstruksi imortalitas telah mengalami pergeseran dari dunia hiburan ke ranah teknologi, tapi ide imortalitas tetap dipreteli aura kesuciannya dan secara terus-menerus dibuat menjadi profan dan dikomodifikasi. Imortalitas dijadikan satu dari sejumlah objek hasrat yang tersedia di pasar dan dapat dibeli dengan uang. Betapapun hasrat menjadi kekal terus didamba dan diupayakan untuk terwujud di sini dan sekarang, entah dengan bantuan serum anti-aging, dengan mengunggah jejak-jejak identitas dan kesadaran dalam mesin pintar yang digerakkan kecerdasan buatan terpersonalisasi, record and digitize, ataupun dengan teknologi cryonics, tantangan dan tentangan terus datang silih berganti.