Strategy in Creating School Environment: Lessons from High Schools in Indonesia

Wekke, Ismail Suardi; Sahlan, Asmaun

doi:10.1016/j.sbspro.2014.07.370

Cited by 16 publications

(11 citation statements)

References 21 publications

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…Fundamental difficulties experienced by Arabic learners are lack of vocabularies and lingual structures (Zetie, 2002;Zhou & Fink, 2003;Wekke & Sahlan, 2014). This occurs in several Islamic schools and Islamic boarding schools.…”

Section: Procedures To Implement Eclectic Methodsmentioning

confidence: 99%

Implementation of Eclectic Method on Arabic Teaching and Learning

Wekke¹,

Maryam²

2018

Preprint

Self Cite

View full text Add to dashboard Cite

ABSTRACT:Mastering both Arabic learning method and material substance should be done simultaneously. The fact shows that teachers are always facing new method and required to evaluate method they have implemented. In the other hand, they are also experiencing difficulties when implementing the method with no strong mastery of materials. Therefore, the two are should be mastered by teachers simultaneously. This paper discusses at least four considerations to implement eclectic method. The method which is considered having excellence in a time may be considered having shortcoming in another time. The implementation of Arabic language, particularly, is supervised and corrected by the sticking coach directly. Correcting and improving students" ability in Arabic language require a long process, not all incorrectness can be corrected directly, since the improvement of language requires times, stages and coach"s wisdom to motivate and guide the students. Finally, this paper presented that each of the very great number of methods existing, obviously, has its excellences and shortcomings.

show abstract

Section: Procedures To Implement Eclectic Methodsmentioning

confidence: 99%

Implementation of Eclectic Method on Arabic Teaching and Learning

Wekke¹,

Maryam²

2018

Preprint

Self Cite

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…Mengelola keberagamaan dengan menjadikan sebagai kegiatan kampus akan memberikan dampak tidak saja untuk keperluan akademik tetapi terkait dengan religiusitas (Sahlan & Wekke, 2014).…”

Section: Akhirat Class University: Pemetaan Tipologi Kampusunclassified

Menata Saat Kini untuk Masa Hadapan: Agenda Transformasi Dari STAIN Ke IAIN

Wekke¹

2019

Preprint

Self Cite

View full text Add to dashboard Cite

ABSTRAKPerluasan kewenangan sebuah institusi perguruan tinggi perlu disiapkan dengan mengidentifikasi agenda yang diperlukan di masa depan. Betapa sebuah institut yang sebelumnya berbentuk sekolah tinggi, jika tidak disiapkan secara komperehensif pada skala tertentu mengalami kegagapan untuk merespon situasi dan kecenderungan terkini. Untuk itu, artikel ini akan menganalisis keperluan merumuskan agenda dan juga mengidentifikasi pola kelembagaan perguruan tinggi. Kata Kunci: perguruan tinggi, pendidikan Islam, tipologi pendidikan Pendahuluan Perguruan tinggi Islam disebut kewujudan hegemoni Barat & Kristen (Husaini, 2006). Pandangan ini tidak melihat sepenuhnya keberadaan perguruan tinggi Islam yang tidak saja hanya menggunakan pandangan keilmuan Eropa dan Amerika, namun juga mengadopsi tradisi keilmuan dari wilayah lain seperti Afrika Utara dengan membentuk Fakultas Dirasat Islamiyah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Aplikasi kaidah ilmiah bukan bersandar pada faham keagamaan tetapi penggunaan metode yang dapat diterima sesuai standar keilmuan yang tidak bertumpu pada aspek normatif. Kepemimpinan Harun Nasution di IAIN Jakarta dengan menenalkan pendidikan non-madzhab melalui pembaruan kurikulum. Juga Mukti Ali di IAIN Yogyakarta pada tahun 1960 memperkenalkan kajian perbandingan agama (Nasution, 1995a). Nasution (1995b) menegaskan perlunya penguatan keislaman pada perguruan tinggi, namun wawasan keislaman itu bukan hanya bertumpu pada doktrin semata melainkan juga menyandingkan dengan metode rasionalitas yang empirik. Pendidikan tinggi Islam awalnya dijadikan sebagai sarana dakwah. Seiring dengan perjumpaan dengan tradisi akademik secara global. Akhirnya fungsi dakwah melebur dalam tradisi akademik yang diwarnai dari pengalaman perguruan tinggi terkemuka seperti McGill dan Leiden. Pembentukan empat belas IAIN sesungguhnya bentuk reformasi pendidikan Islam yang sebelumnya hanya dalam bentuk madrasah (Nakamura & Nishino, 1993). Tidak saja dalam peran dakwah tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat. IAIN beserta alumninya terjun dalam peran-peran kemasyarakatan. Tidak saja itu, alumni perguruan tinggi Islam kemudian bisa * Artikel disiapkan dalam rangka menyongsong Alih Status STAIN Sorong ke IAIN Sorong. Sebagai bahan diskusi dalam rangka Rapat Koordinasi Alih Status STAIN Sorong ke IAIN Sorong, Jakarta, 15 Mei 2019. memperhatikan rangkaian proses transformasi tiga perguruan keagamaan Islam yaitu UIN Sunan Kalijaga, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ketiga perguruan tinggi dalam proses transformasi menyiapkan diri menjadi pusat kecemerlangan sehingga dalam perjalanan waktu dapat memainkan peran sesuai dengan keperluan terkini dan masa sekarang, bukannya memenuhi keperluan masa lalu. Daftar Pustaka Abdullah, M. A. (2006). Islamic studies di perguruan tinggi: pendekatan integratif-interkonektif. . Universitas islam: integrasi dan interkoneksitas sains dan ilmu agama menuju peradaban islam universal. Jurnal Tsaqafah, Jurnal Peradaban Islam, 3. Azra, A. (2012)...

show abstract

“…Begitu pula di pesantren, teknologi dimanfaatkan untuk membantu proses belajar mengajar (Wekke & Hamid, 2013). Dalam konteks pendidikan, maka lingkungan pembelajaran akan menjadi sebuah konsepsi digital (Wekke & Sahlan, 2014). Tetapi tidak disebut dengan pendidikan digital (Bakti & Meidasari, 2014).…”

Section: Ilmu Sosial Digital Dan Keberagamaanunclassified

Menelusuri Sufi Digital

Wekke¹

2019

Preprint

Self Cite

View full text Add to dashboard Cite

ABSTRAKPerangkat digital menyentuh semua aspek kehidupan. Terdapat peluang untuk melakukan konvergensi aktifitas kehidupan dengan gawai yang tersedia sebagai sebuah bagian utama kehidupan. Termasuk dalam kehidupan keberagamaan. Terjadi dinamisasi kehidupan yang berubah akibat pola penggunaan gawai. Salah satu aspeknya adalah sufisme yang menjadi aktifitas beragama. Hanya saja, untuk menghindari kerancuan dalam memberi istilah maka perlu penelaahan dan pengayaan data untuk kemudian menamankan aktifitas tersebut sebagai sufi digital. Sebagaimana istilah yang sudah berterima seperti perpustakaan digital, pembelajaran digital, ekonomi digital, dll.Kata kunci: sufi digital, keberagamaan, perangkat teknologi PendahuluanCorbin (2012) menjelaskan bahwa Ibnu Arabi sebagai salah satu penggagas sufisme.Kemudian Ernst (2017) menambahkan bahwa sufisme sesungguhnya walau belum disebut di

show abstract

Strategy in Creating School Environment: Lessons from High Schools in Indonesia

Cited by 16 publications

References 21 publications

Implementation of Eclectic Method on Arabic Teaching and Learning

Implementation of Eclectic Method on Arabic Teaching and Learning

Menata Saat Kini untuk Masa Hadapan: Agenda Transformasi Dari STAIN Ke IAIN

Menelusuri Sufi Digital

Contact Info

Product

Resources

About