Abstract. The objective of the present study was to examine the biological indicesof mangrove inAbstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi indeks ekologi mangrove di Pulau Mare, Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Pengambilan data pada tahun 2015 yang terbagi atas tiga lokasi yang ditetapkan berdasarkan keterwakilan kawasan mangrove. Pengambilan contoh mangrove dilakukan menggunakan metode line transek kuadrant. Hasil penelitian diperoleh ketebalan mangrove berkisar 85-150 meter. Komposisi jenis mangrove diperoleh 5 jenis dari 3 famili mangrove. Jenis mangrove Rhizophora ditemukan paling mendominasi disetiap stasiun. Indeks ekologi mangrove kategori kerapatan, frekuensi, tutupan dan keanekaragaman jenis paling tinggi terdapat di stasiun satu. Sedangkan kriteria nilai penting pada setiap stasiun adalah 300. Analisis vegetasi jenis mangrove pada setiap stasiun diperoleh kerapatan, frekuensi, keanekaragaman jenis dan nilai penting jenis tertinggi adalah Rhizophora apicullata, kemudian tutupan jenis tertinggi adalah Sonneratia alba. Keseluruhan hasil pengamatan dan analisis, menggambarkan bahwa kondisi mangrove di pulau Mare masuk dalam kategori rendah/jarang. Kata kunci: Line transek kuadrant, Mangrove, Rhizophora apicullata, Sonneratia alba, Pulau Tidore
PendahuluanPulau Mare secara administrasi masuk dalam kota Tidore kepulauan. Pulau ini memiliki potensi ekosistim mangrove. Berdasarkan laporan bahwa hutan mangrove di Kota Tidore kepulauan adalah seluas 10.143,70 Ha dan terdapat paling kurang 12 jenis (DKP, 2011). Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Selain itu fungsi lain ekosistem ini adalah ekonomi dimana dijadikan sebagai penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit . Dalam beberapa dekade belakangan ini, luasan mangrove semakin berkurang sehingga diperlukan pengelolaan kawasan mangrove yang lebih intensif (Dharmawan et al., 2015).Bapedas (2010) melaporkan bahwa luasan mangrove kota Tidore Kepulauan dengan kerapatan tinggi yaitu 1,879.35 Ha dan kurang rapat sebesar 220.32 Ha. Lebih lanjut Bapedas (2010) melaporkan bahwa lahan kritis ekosistem mangrove di daerah tersebut sebesar 78 Ha dan kondisi baik adalah 130 Ha. Persoalan mendasar kerusakan mangrove adalah penebangan untuk pemanfaatan kayu, pengembangan kawasan budidaya perikanan, reklamasi dan perumahan (Saparinto, 2007; Dharmawan dan Pramudji, 2014). Selain itu penyebab lain adalah perencaanan dan pengelolaan sumberdaya mangrove masih rendah serta kesadaran masyarakat terhadap manfaat hutan mangrove juga minim.Keberadaan hutan mangrove sangat penting untuk menjaga keberlangsungan hidup sumberdaya ikan dan juga keberadaan biota disekitar mangrove . Kerusakan yang terjadi akan mengakibatkan penurunan ketersediaan benih alami, stok ...