Studi Variabilitas Upwelling di Laut Banda

Abstract

Laut Banda adalah sebuah cekungan perairan (basin) yang terletak di Kepulauan Maluku, Indonesia. Laut Banda memiliki karakteristik oseanografi yang menarik karena dikelilingi pulau-pulau dan juga selat sebagai jalur perlintasan Arlindo. Sirkulasi dan karakteristik massa air di Laut Banda dipengaruhi kuat oleh angin monsun. Variasi nilai arah dan kecepatan angin monsun berdampak terhadap kejadian coastal upwelling. Tujuan penelitian untuk mengetahui variabilitas upwelling di Laut Banda dan mengetahui hubungan antar parameter upwelling (indeks upwelling,SPL, dan klorofil-a). Penelitian ini menggunakan data komposit bulanan dari satelit Aqua-MODIS level 3 untuk data SPL dan klorofil-a,data angin reanalisis ECMWF,tahun 2003-2019. Hasil penelitian menunjukkan upwelling di Laut Banda terjadi pada periode April-Oktober dengan puncaknya di bulan Agustus. Rata-rata indeks upwelling mencapai 1.86 m3/s. Dampak kejadian upwelling dapat diidentifikasi melalui SPL yang lebih dingin dan konsentrasi klorofil-a tinggi. Nilai SPL mencapai 26.79 oC dan konsentrasi klorofil-a adalah 0.614 mg/m3. Hubungan SPL terhadap indeks upwelling memiliki koefisien korelasi (r=-0.707). Hubungan konsentrasi klorofil-a terhadap indeks upwelling memiliki koefisien korelasi (r=0.661).

The Relationship of the Distribution of Sea Surface Temperature With Rainfall and Wind in the Waters of West Sumatra

“…The high sea surface temperature in May decreased in June, allegedly because the El Niño phenomenon decreased and the e-issn: 2716-4608 p-issn: 2655-366X movement of seawater masses in the study area. The decreasing sea surface temperature phenomenon is strengthened by research by Tristianto et al 13 ; entering May, sea surface temperatures decrease and increase in upwelling intensity. The decline in sea surface temperatures continues in June, July and August.…”

“…Looking at April (Figure 3g), sea surface temperatures in April still tend to be warm. This is thought to be due to the low wind speed 13 .…”

Implikasi Upwelling terhadap Produktivitas Perikanan Laut di Indonesia dan Upaya Konservasinya

“…Parameter oseanografi musiman tersebut dapat dengan mudah memperlihatkan fenomena upwelling yang terjadi di perairan Indonesia. Fenomena upwelling di perairan Indonesia terjadi di dua lokasi utama, yaitu Samudra Hindia di sepanjang pantai Sumatra (Pulau Enggano, barat Kepulauan Mentawai, Kepulauan Batu, Pulau Nias, dan Pulau Simeulue) dan selatan Pulau Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), Pulau Alor, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau Rote, Laut Sawu (Pulau Sawu) (Susanto et al, 2001;Swara et al, 2021;Tubalawony et al, 2012), Laut Banda dan Laut Seram (Wouthuyzen, 2002;Tristianto et al, 2021), serta di Laut Arafura, Kepulauan Aru, dan Laut Maluku. Fenomena upwelling lokal juga dapat terjadi di perairan seperti Selat Makassar, Teluk Tomini, Teluk Tolo, Teluk Bone, dan di sekitar Kepulauan Talaud (Upwelling, Arlindo dan pergerakan, 2018).…”

Klorofil-a dan kaitannya terhadap Produktifitas Primer Perairan Laut Banda pada Fenomena La Nina

“…Pola-Pola konsentrasi klorofil ini menunjukan adanya indikasi upwelling yang terjadi di perairan tersebut. Berkaitan hal itu, dampak upwelling mengakibatkan konsentrasi klorofil-a tinggi (Tristianto et al, 2021).…”

“…Selama munson tenggara (Juni-Agustus), air permukaan terdorong dari Laut Banda ke dalam perairan Laut Flores, Laut Jawam dan Laut Cina Selatan. Sedangkan pada munson barat laut (Desember-Februari), air permukaan dari Laut Jawa dan Selat Makassar terdorong dari Laut Flores ke Laut Banda (Tristianto et al, 2021). Pergerakan air ini menjadi salah satu faktor proses upwelling terjadi sehingga terjadi pola sebaran klorofil-a yang bervariasi.…”