This study was conducted to determine the response of superovulation by giving 16 ml dosage of FSH hormone to female Pesisir cattle. The estrus schedule of 15 Pesisir cows was set by inserting CIDR (Controlled Internal Drug Release) into the vagina for 12 days. At day 10, all cattle were injected with FSH for three consequent days but with decreasing dosage. On the 3rd day, FSH injection was accompanied by PGF2α injection and CIDR was removed. The detection of estrus was performed at day 13. Natural mating was proceeded after the estrus signs visible. Collection of donor embryos was done on the 6th and 8th day after mating. The variables measured were the response of superovulation, total number of corpus luteum, number of embryos and sex ratio. The results obtained were all Pesisir cows responded to superovulation. The average number of corpus luteum and embryos per cow were 5.93±3.17 and 6.00 (61.64 %), respectively, while the total of transferable embryoes were 90, with an average of 6.00 or 61.64%. The sexing of embryos obtained in this study from 146 embryoes awere 76.03% males (111 embryoes) and 23.97% females (35 embryoes). Based on total of transferable embryoes, there were 51.37% male embryos and 11.28% of females embryos. The result of this study showed that the sex ratio of male embryos was higher than female embryos. Key words: Pesisir Cattle, response of superovulation, FSH, corpus luteum, total of embryos, PCR and sex ratio of male and female Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen untuk mengetahui respon superovulasi pada dengan level dosis 16 ml hormon FSH pada sapi Pesisir. Materi yang digunakan yaitu 15 ekor induk sapi Pesisir. Sapi Pesisir diatur jadwal berahinya dengan memasang CIDR (Controlled Internal Drug Release) pada vagina selama 12 hari selanjutnya pada hari ke-10 semua ternak diinjeksi dengan FSH. Injeksi FSH menggunakan dosis 16 ml FSH dan pemberian FSH dilakukan dengan dosis menurun selama 3 hari. Hari ke-3 injeksi FSH diiringi dengan injeksi PGF2α dan pencabutan CIDR. Deteksi berahi dilakukan pada hari ke-13. Kawin alam dilakukan setelah tampak tanda-tanda berahi dari ternak. Koleksi embrio donor dilakukan pada hari ke-6 sampai 8 setelah perkawinan. Variabel yang diamati adalah respon superovulasi, jumlah korpus luteum, jumlah embrio dan sex rasio embrio. Hasil yang diperoleh adalah respon superovulasi sapi Pesisir adalah 100 %. Rataan dari jumlah CL dan embrio sapi Pesisir adalah 5,93±3,17 dan jumlah embrio yang layak untuk ditransfer adalah 90 buah dengan nilai rataan 6,00 atau 61,64 %. Jenis kelamin embrio yang didapatkan dari 146 embrio pada penelitian ini, terdapat 76,03% (111 embrio) dengan jenis kelamin jantan dan sebanyak 23,97% (35 embrio) dengan jenis kelamin betina. Dari total embrio yang layak transfer terdapat 51,37% embrio berjenis kelamin jantan dan 11,28% embrio berjenis kelamin betina. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio embrio berjenis kelamin jantan lebih tinggi dibandingkan dengan embrio berjenis kelamin betina. Kata kunci: sapi Pesisi...