Konsumsi daging kelinci belum begitu populer di kalangan masyarakat Indonesia, padahal nilai nutrisi dan sifat fungsionalnya sangat baik. Oleh karena itu, perlu diversifikasi olahan daging kelinci untuk mempopulerkan konsumsi daging kelinci. Melalui olahan abon yang sudah sejak lama menjadi makanan olahan yang lazim dikonsumsi masyarakat, abon daging kelinci dapat menjadi potensi pengembangan konsumsi daging kelinci lokal. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi sifat fisikokimia dan organoleptik abon daging kelinci lokal. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan kombinasi daging kelinci dengan daging ayam broiler dalam pembuatan abon. Kemudian dilakukan pengukuran sifat fisikokimia dan organoleptik pada abon. Hasil menunjukkan bahwa abon daging kelinci 100% memiliki kadar air terendah dibanding perlakuan yang lain. Hasil uji hedonik hanya menunjukkan atribut warna yang memiliki perbedaan nyata, sedangkan pada uji mutu hedonik hanya atribut warna dan rasa yang berbeda nyata. Hal ini membuktikan bahwa abon daging kelinci memiliki potensi yang baik sebagai pangan olahan baru ditinjau dari kadar air yang sesuai SNI. Namun dari segi uji hedonik dan mutu hedonik, warna abon daging ayam memiliki nilai tertingi, sedangkan hasil uji mutu hedonik rasa abon kombinasi ayam dan kelinci 1:1 memiliki nilai tertinggi.