Car Free Day is a community activity in public spaces that seeks to maintain a balance between the environment and the recreational needs of the community at the same time. The policy of temporarily closing the CFD agenda in Malang City, related to the prohibition on crowding during the Covid 19 pandemic era, changed the behavior patterns of some people on Sunday Mornings. More than that, the policy finally reaped the pros and cons in the midst of uncertain conditions. In addition to the loss of space for expression and the existence of several arts and culture communities and other CFD activists. This condition also has a direct impact on the economic interests of MSME actors and their networks that rely on CFD. It is in this position that the role of the younger generation as agents of change is expected to be able to make a constructive contribution. Using a qualitative-descriptive approach, this article tries to describe in depth some of the issues that have developed. Facione's Critical Thinking Skills Model, was chosen to help describe several statements which were then revealed to be critical questions and their answers. However, from the resulting formulation it’s relevant to 6 of the 9 youth generation change strategies as defined as Theory of Change–Unicef Strategic Plan 2022-2025.
Car Free Day menjadi aktivitas masyarakat pada ruang publik yang berupaya menjaga kesimbangan lingkungan hidup dan kebutuhan rekreasional masyarakat pada saat yang sama. Kebijakan penutupan sementara agenda CFD di Kota Malang, terkait larangan berkerumun di era pandemi Covid 19, mengubah pola perilaku sebagaian masyarakatnya di Hari Minggu Pagi. Labih dari itu, kebijakan tersebut akhirnya menuai pro dan kontra di tengah kondisi yang serba tak menentu. Selain faktor hilangnya ruang ekspresi dan eksistensi dari beberapa komunitas seni-budaya serta penggiat CFD lainnya. Kondisi tersebut, juga berdampak langsung pada kepentingan ekonomi para pelaku UMKM serta jejaringnya yang menyandarkan kebutuhanya pada CFD. Pada posisi inilah peran generasi muda sebagai agen perubahan, diharapkan mampu memberikan kontribusi yang bersifat konstruktif. Menggunakan pendekatan kualtitif–deskriptif, artikel ini mencoba mengurai secara mendalam terkait beberapa isu yang berkembang. Critical Thinking Skills model Facione, dipilih untuk membantu menguraikan beberapa pernyataan yang kemudian diturunkan menjadi pertanyaan kritis berikut jawabannnya. Dari rumusan yang dihasilkan tersebut relevan dengan 6 dari 9 strategi perubahan generasi muda seperti yang ditetapkan sebagai Theory of Change–Unicef Strategic Plan 2022-2025.