Latar belakang. Anak epilepsi memiliki prevalensi gangguan perilaku yang tinggi dan dapat menyebabkandampak psikososial. Sejauh ini, di Indonesia, belum ditemukan studi yang meneliti gangguan perilaku padaanak epilepsi serta faktor-faktor yang berhubungan.Tujuan. Mengetahui proporsi dan jenis gangguan perilaku anak epilepsi berdasarkan child behavior checklist(CBCL) dan hubungan antara usia awitan kejang, frekuensi kejang, durasi epilepsi, obat anti epilepsi, tingkatsosial ekonomi, dan pendidikan orangtua, dengan gangguan perilaku pada anak epilepsi, serta adaptasikeluarga dalam menghadapi anak epilepsi.Metode. Penelitian potong lintang di Klinik Neurologi Anak FKUI RSCM. Skrining gangguan perilakudengan kuesioner CBCL dilakukan pada 30 anak epilepsi tanpa defisit neurologis dan disabilitas intelektual.Studi kualitatif untuk menilai adaptasi keluarga dalam menghadapi anak epilepsi.Hasil. Terdapat 3 dari 30 anak epilepsi yang mengalami gangguan perilaku dengan jenis gangguan perilakueksternalisasi (perilaku melanggar aturan dan agresif), masalah sosial, dan gangguan pemusatan perhatian.Faktor usia awitan kejang (p=0,280), frekuensi kejang (p=0,007; RP 0,036; IK95% 0,005-0,245), durasiepilepsi (p=1,000), obat anti epilepsi (p=0,020; RP 0,019; IK95% 0,001-0,437), tingkat sosial ekonomi(p=0,251), dan pendidikan orangtua (p=1,000), tidak berisiko meningkatkan gangguan perilaku. Terdapatsikap dan reaksi, serta persepsi dan stigma orangtua yang negatif dalam menghadapi anak epilepsi yangmengalami gangguan perilaku. Terdapat masalah keluarga sejak anak mengalami epilepsi dan gangguanperilaku. Orangtua tidak dapat menerapkan pola asuh displin dan kemandirian pada anak dengan gangguanperilaku.Kesimpulan. Proporsi gangguan perilaku pada anak epilepsi tanpa defisit neurologis dan disabilitas intelektualtidak tinggi. Tidak terdapat faktor yang memengaruhi gangguan perilaku. Adaptasi keluarga baik dalammenghadapi anak epilepsi tanpa gangguan perilaku, dibandingkan dengan keluarga anak epilepsi yangmengalami gangguan perilaku