Botteng Village in Mamuju, West Sulawesi was known for the high natural background radiation exposure. Botteng Village inhabitants exposed to high natural radiation in their daily life. Radiation exposure can inhibit the mitosis mechanism at various phases. Our previous study revealed that mitotic and nuclear division indexes in Botteng Village inhabitants were lower compared to control samples. To validate our previous study results here we evaluate the binucleate index in peripheral blood lymphocytes of Botteng Village inhabitants. Blood samples were collected from thirteen healthy adult subjects in Botteng Village and thirteen healthy adult subjects in normal background radiation area. Binucleate index was calculated as the proportion of binucleated cell (BNC) in 500 cells for each sample. The study result showed that the BI in Botteng Village was similar compared to control group (23.58 ± 9.60 vs 23.47 ± 6.24). It is possible that the small sample numbers used in this study were not adequate to represent the BI value in Botteng Village inhabitants. This study also showed that there was insignificant difference of BI in respect to gender and age for all samples. Further study using larger sample number should be conducted to verify whether the BI can be used as a marker of lymphocytes proliferation.Keywords : Binucleated cells, Binucleate index, Botteng, Cell proliferation, Natural radiation ABSTRAK Desa Botteng di Mamuju, Sulawesi Barat diketahui memiliki paparan radiasi latar dari alam yang cukup tinggi. Penduduk desa Botteng menerima paparan radiasi alam tinggi dalam kehidupan sehariharinya. Paparan radiasi dapat menghambat proses mitosis dalam berbagai tahapan. Studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa indeks mitosis dan indeks pembelahan inti pada penduduk desa Botteng lebih rendah dibandingkan dengan sampel kontrol. Untuk memvalidasi hasil studi tersebut dilakukan evaluasi terhadap indeks binukleus di limfosit darah tepi penduduk desa Botteng. Sampel darah diperoleh dari tiga belas penduduk dewasa yang sehat di desa Botteng Desa dan daerah dengan radiasi latar normal. Indeks binukleus dihitung sebagai proporsi sel binukleus dalam 500 total sel dari setiap sampel. Hasil studi memperlihatkan bahwa nilai indeks binukleus pada penduduk desa Botteng hampir sama bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (23,58 ± 9,60 dan 23,47 ± 6,24). Terdapat kemungkinan bahwa jumlah sampel yang sedikit dalam penelitian yang dilakukan tidak dapat merepresentasikan nilai indeks binukleus di penduduk desa Botteng. Hasil studi memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai indeks binukleus terkait dengan jenis kelamin dan umur pada semua sampel. Studi lebih lanjut dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar harus dilakukan untuk memastikan apakah nilai indeks binukleus dapat digunakan sebagai penanda proses pembelahan sel limfosit.