Pengetahuan perempuan yang terbatas membuat mereka sering menjadi objek dalam ruang domestik maupun publik. Kondisi ini memaksa perempuan untuk tunduk terhadap kebijakan yang bias gender. Artikel ini bertujuan untuk melihat dan menganalisa bagaimana pendidikan alternatif dioperasikan di dalam aktivitas pemberdayaan perempuan Payungi dan seperti apa kontribusi komunitas. Pendidikan alternatif berdasarkan uraian dari Mills (Mills et al. 2016) dengan lingkungan belajar yang kondusif dengan fleksibel memungkinkan seseorang kembali pada rutinitas belajar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data-data observasi, interview dan studi dokumentasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan komunitas epistemik Payungi berperan dalam tiga hal, pertama, menghadirkan pendidikan alternatif-transformatif dengan mengoptimalkan peran Pesantren Wirausaha. Kedua, merekonstruksi paradigma berpikir perempuan (ibu rumah tangga) melalui dialog intra-religious. Ketiga, membangun kolaborasi dengan beberapa tokoh agama dan akademisi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan alternatif melalui konsep pesantren wirausaha yang dijalankan secara transformatif dan mendasarkan pemahaman pada nilai-nilai agama dan ilmu pengetahuan selain mampu membangun pengetahuan, juga membangun kapabilitas dan akselerasi perempuan dalam merespon isu-isu global.
Kata Kunci: pemberdayaan perempuan, komunitas epistemik, pendidikan alternatif, agama, sains
Limited knowledge of women makes them often become objects in domestic and public area. This condition forces women to submit to policies biased gender. This article aims to look at and analyze how alternative education operates within Payungi’s women’s empowerment activities and what the community’s contribution. Alternative education based on the description from Mills (Mills et al. 2016) with a conducive and flexible learning environment allows one to return to study routine. This research is qualitative research using observational data, interviews and documentation studies. This research shows that the Payungi epistemic community existence plays role in three ways, first, presenting alternative-transformative education by optimizing the Pesantren Wirausaha role. Second, reconstructing womens’s thinking paradigm (housewives) through intra-religious dialogue. Third, building collaboration with several religious leaders and academics. This research concludes that alternative education through the Pesantren Wirausaha concept is run in transformative manner and based on religious values and science understanding, besides can build knowledge, also build capabilities, and accelerate women in responding to global issues.
Keywords: women empowerment, epistemic community, alternative education, religion, science