2000
DOI: 10.17528/cifor/000625
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

The Hesitant boom: Indonesia's oil palm sub-sector in an era of economic crisis and political change

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
2
1

Citation Types

0
4
0
3

Year Published

2002
2002
2023
2023

Publication Types

Select...
8
2

Relationship

0
10

Authors

Journals

citations
Cited by 43 publications
(7 citation statements)
references
References 9 publications
0
4
0
3
Order By: Relevance
“…Kelapa sawit menjadi sebuah komoditas yang dapat berkontribusi besar dalam menghasilkan produk domestik bruto, peningkatan pendapatan asli daerah, dan tentunya peningkatan kondisi ekonomi masyarakat. Hal serupa diungkapkan Casson (2000), menurutnya pemerintah pusat maupun daerah akan mendapatkan kontribusi cukup besar dari keberadaan perkebunan kelapa sawit, meskipun ada konsekuensi lainnya yaitu banyak yang semula lahan hutan berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit terutama di Kalimantan dan Sumatera. Sementara Syahza (2011) mengungkapkan bahwa banyak manfaat positif dari aktivitas perkebunan kelapa sawit bagi masyarakat dan wilayah sekitarnya.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Kelapa sawit menjadi sebuah komoditas yang dapat berkontribusi besar dalam menghasilkan produk domestik bruto, peningkatan pendapatan asli daerah, dan tentunya peningkatan kondisi ekonomi masyarakat. Hal serupa diungkapkan Casson (2000), menurutnya pemerintah pusat maupun daerah akan mendapatkan kontribusi cukup besar dari keberadaan perkebunan kelapa sawit, meskipun ada konsekuensi lainnya yaitu banyak yang semula lahan hutan berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit terutama di Kalimantan dan Sumatera. Sementara Syahza (2011) mengungkapkan bahwa banyak manfaat positif dari aktivitas perkebunan kelapa sawit bagi masyarakat dan wilayah sekitarnya.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…The individual careers and environmental visions that shaped this landscape were due to the interactions between these continuous flows. The social and political reality that was continuously produced within these places arose precisely from the friction (Tsing, 2004) between cultural (small palm oil plantation as an overall recognized status quo), economic (partial disengagement from petty trades, local and national investments), political (national rhetoric about pembangunan 7 based mostly on natural resources exploitation and particularly on palm oil plantation sector), social (small palm oil plantation as an investment for local economy and territorial control) and ideal flows (small palm oil plantation work as an option to become more independent from the family and be able to realize dreams and hopes): a small palm oil plantation, therefore, was not a simple economic production place, but became a social, political and cultural focal point (Casson, 2000;Li, 2014Li, , 1999. It was a place where the friction produced by different policies, complex landscape readings, personal skills and disparate intentions of workers and owners clashed with a city-minded environmentalism which was focused more on the protection of already existing parks in Aceh.…”
Section: Research Among Small Palm Oil Plantations In Aceh: Recent Literaturementioning
confidence: 99%
“…Salah satu konflik yang terjadi adalah alokasi dan penggunaan kawasan hutan untuk sektor perkebunan. Casson (2000) mencatat bahwa antara tahun 1982 dan 1999 telah terjadi konversi perkebunan kelapa sawit seluas enam juta hektar, yang berasal dari kawasan hutan (Casson et al, 2007). Tingginya minat terhadap perkebunan kelapa sawit terkait erat dengan kepentingan pemerintah daerah dalam mencukupi kepentingan ekonomi (Prabowo et al, 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified