Konflik Rusia – Ukraina memberikan dampak negatif terhadap stabilitas global, sehingga memicu krisis di berbagai negara. Kondisi konflik yang belum mereda, membuat Indonesia berinisiatif melakukan misi perdamaian melalui Presiden Joko Widodo yang melakukan kunjungan ke Ukraina dan Rusia, untuk menjadi jembatan komunikasi kedua negara. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan mengapa Indonesia melakukan misi perdamaian terhadap konflik Rusia - Ukraina. Penelitian menggunakan metode eksplanatif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data studi kepustakaan, serta teknik analisis kualitatif. Selain itu juga memakai Teori Soft Power, dan Konsep First Track Diplomacy. Hasil yang didapatkan yaitu Indonesia memakai instrumen diplomasi first track dalam misi perdamaian konflik Rusia – Ukraina, yang terlihat dari penggunaan dialog, negosiasi, dan kerja sama antar negara, sehingga membuka peluang perdamaian antar negara. Selain itu, dibalik misi perdamaian tersebut, Indonesia memiliki kepentingan ekonomi, membentuk citra positif, dan mempersiapkan untukmelancarkan agenda KTT G20 mendatang. Fenomena tersebut kemudian bersesuaian dengan tujuan dari Soft Power Indonesia yaitu untuk meningkatkan keamanan lingkungan eksternal dengan memproyeksikan citra negara yang damai dan menarik dengan menggunakan Soft Resource nya sebagai Tuan Rumah & Ketua Penyelenggaraan KTT G20. Studi ini mengembangkan studi sebelumnya, karena hasil yang didapatkan memperkaya kajian tentang perkembangan konflik rusia - ukarina terutama jika ditinjau dari segi soft power.