“…Interpretasi pada urutan ketiga ialah kemahiran mengemaskini masalah yang telah diselesaikan sebelumnya menjadi masalah baharu yang serupa (Cahyani, Putri, & Fitriani, 2020;Darhim, Sufyani, & Bambang, 2020;Effandi & Norulbiah, 2011;Guvercin, Cilavdaroghi, & Savas, 2014;Tony et al, 2014;Mahendra, Slamet, & Budiyono, 2017;Puspitasari et al, 2019;Suarsana, Lestari, Mertasari, 2019;Zulfikar, Anwar, & Yusrizal, 2020). Urutan keempat ialah proses kognitif dengan membina masalah berdasarkan interpretasi personal yang bersesuaian dengan situasi yang sedia ada (Harry, Tatang, & Utari, 2020;Norulbiah et al, 2016;Nuha, Waluya, & Junaedi, 2018;Siti Mistima, 2016;Supandi et al, 2020;Van Harpen & Presmeg, 2013;Van Harpen & Sriraman, 2013). Interpretasi kelima yakni sebagai alat mengukuhkan kefahaman konsep dan memperluas pengalaman matematik (Cahyohadi, Sunardi, & Irfan, 2020;Candiasa, Santiyadnya, & Sunu, 2018;Nuraeni & Rosyid, 2019;Siswono, Hartono, & Kohar, 2019;Ulfah, Prabawanto, & Jupri, 2017;Van Harpen & Presmeg, 2013).…”