The Interior Experience of Architecture: An Emotional Connection between Space and the Body

Abstract

This paper provides a phenomenological understanding of interior space to explore the emotional connection between space and experience. It focuses on the significant aspects of interior space, considering how people experience interior space and which aspects improve the quality of spatial and emotional experience. I have argued that the interior experience offers effective ways of stimulating emotional experience to create spatial perception as a way of understanding architecture. Interior experience can be developed through: (a) stimulating a lived body; (b) emphasizing materiality; and (c) generating emotional connection. This allows people to develop an awareness of the sensual aspects of the interior space and improve the quality of their emotional experiences. I have drawn upon representative case studies about spatial experience to explore how they use materiality to stimulate sensory effects and how the multi-sensory space connects with emotional experience, which is one of the fundamental aspects of this paper. I found that an integrated body and materiality are fundamental elements that are needed to enrich the spatial experience, even in an abstract dimension of the work without architectural form. Thus, this paper contributes to the understanding and knowledge of the relationship between interior space and experience with respect to improving the quality of the emotional experience in order to develop spatial experience and considering how experience intervenes in interior space to create a multi-sensory space.

Untitled

“…Pengalaman yang menyenangkan cenderung melibatkan seseorang dalam proses berpikir intuitif yang spontan dan emosional (Epstein, 2016). Pengalaman yang melibatkan proses emosional ini dapat dicapai dengan pelibatan berbagai jenis sensoris pada sebuah lingkungan arsitektur (Lee, 2022). Dengan demikian, lingkungan museum perlu menghadirkan sebanyak mungkin sensoris untuk meningkatkan kualitas kunjungan museum yang menyenangkan.…”

“…Oleh karena itu, penerapan prinsip immersion untuk menggugah rasa nyata perlu menjadi perhatian. Salah satu penelitian dari Lee (2022)menyebutkan prinsip kekayaan sensoris penting dalam mengalami ruang arsitektur. Penelitian ini menyebutkan bahwa pengalaman sensoris merupakan penghubung antara manusia dengan arsitektur sebagai lingkungannya.…”

“…-NA, Art Director Museum (Narasumber 3) 'Lingkungan virtual akan lebih nyata ketika banyak sensoris manusia terutama visual yang dilibatkan, tanpa adanya time lag, dan semua sensoris diatur secara sinkron membentuk satu lingkungan virtual.....Kalau aplikasinya dalam museum mungkin lebih kepada integrasinya device dan nya dengan elemen asli bangunan ya supaya lebih kerasa nyambung" -KTWAP, software engineer (Narasumber 4) Dari keempat narasumber, narasumber 1, 3, dan 4 secara langsung maupun tidak langsung menyebutkan bahwa kekayaan sensoris khususnya visual, aural, dan bau menjadi faktor penting terhadap rasa nyata pada lingkungan museum. Ini juga sejalan dengan penelitian oleh Lee (2022) yang menyatakan bahwa manusia dengan lingkungan arsitektur dihubungkan secara emosional melalui kekayaan sensoris. Aspek interaktif disebutkan oleh narasumber 2 sebagai program dan kualitas lingkungan, sedangkan narasumber 3 dan 4 secara tidak langsung menyebutkan aspek interaktif melalui interaksi pergerakan pengguna atau pengunjung dan direspon oleh interface yang ada pada lingkungan museum.…”

“…Kualitas belajar yang menyenangkan dapat ditingkatkan dengan melibatkan pengunjung secara emosional (Epstein, 2016). Berdasarkan Lee (2022), prinsip kekayaan sensoris terbukti dapat meningkatkan keterlibatan pengunjung secara emosional. Prinsip kedua yakni membahas mengenai prinsip interaktif yang disebutkan oleh narasumber 2 sebagai faktor yang menyebabkan proses pembelajaran dalam museum menjadi lebih menyenangkan.…”

Bermain Dalam Memori Pasar Mainan Gembrong Dengan Penerapan Spatial Experience

“…Pengalaman dan identitas suatu ruang akan terasa ketika suatu indra merasakaan perasaan yang diperantarakan melalui sebuah material atau bahan, sehingga suatu lingkungan, kontekstual yang merangsang multi indra dan stimultan akan menghasilkan emosi yang menjadikan suatu tempat akan mempunyai identitas terhadap manusia tersebut yang diterjemahkan dengan sifat dan karakter ruang (Lee, 2022).…”