The Potency of Some Wild Edible Mushrooms with Economic Value in Belitong Island, The Province of Bangka Belitung

Abstract

Belitong Island, The Province of Bangka Belitung is one of the exotic places with the biodiversity which has not been optimally inventoried. One of the potential germplasm that has not been recorded properly on Belitong Island is the mushrooms diversity and their potential uses. Mushroom are known as non-timber forestry product that is often sought after by local ethnic of Belitong Island and used as food. Apart from being consumed, these wild mushrooms are also traded, so they are one of the important seasonal commodities for the local community. This research aimed to provide the basic taxonomical information of wild edible mushroom in Belitong island as well as the biological characters. Observations were conducted 2 times in 2018 – 2019 using opportunistic sampling method.The utilization data of wild edible mushroom were collected to complete the macrofungi description in this study. A number of 5 edible wild mushrooms with th eeconomic value reported in this study were: Amanita sect. caesarea (kulat pelandok), Heimioporus sp. (kulat pelawan), Hygrocybe cf. conica (kulat tiong), Phylloporus sp. (kulat sukatan), and Volvariella sp. (kulat sawit). Three species of fungi are ectomycorrhizal forming fungi, namely kulat pelandok with Schima wallichii, kulat pelawan with Tristaniopsis merguensis, and kulat sukatan which host is still unclear. Meanwhile the rest are saprophytic macrofungi. All wild edible mushrooms are members of the phylum Basidiomycota which are divided into 2 orders and 4 families. Heimioporus sp. is known to be the highest selling price mushroom compared to the others, which indicated the potential prospect to proceed to the cultivation stage. In addition, conservation management of plants that are hosts of ectomycorrhizal fungi need to be an important concern on Belitong Island.

Pengenalan dan Pengembangan Produk Dari Jamur Liar Edible Di Sukabumi, Jawa Barat

“…Jamur merupakan organisme yang unik dan mampu ditemukan pada berbagai kondisi lingkungan, mulai dari sekitar rumah, padang rumput, serasah, taman, sawah, kebun, hingga hutan rimba (Putra et al, 2017;Putra et al, 2018;Putra e al. 2019;Putra 2020;Putra dan Astuti, 2021). Jamur memiliki banyak manfaat dari segi ekologis, ekonomis, pangan, medis, hingga estetis.…”

“…Penggiat jamur tersebut telah memperoleh banyak manfaat dari pengetahuan tersebut, terkait ragam JLE yang bisa dikonsumsi serta cara preservasinya secara sederhana. JLE merupakan bahan alam yang sangat berpotensi untuk digunakan sebagai salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan pangan karena jumlahnya banyak, mudah ditemukan, dan telah dilaporkan memiliki berbagai macam manfaat dan nutrisi yang baik (Chang dan Miles, 2004;Lima et al 2012;Putra, 2020;Boa, 2004). Selain itu, kelompok perambah JLE di lokasi sasaran belum memiliki keterampilan untuk mengolah JLE menjadi produk turunannya untuk memberikan nilai tambah serta menyimpannya dalam jangka waktu tertentu.…”

“…Hasil penelitian kami sebelumnya (Putra et al, 2017;Putra et al, 2018;Putra e al. 2019;Putra dan Hafazallah, 2020;Putra 2020; Putra dan Astuti, 2021) menunjukkan bahwa banyak JLE yang terdistribusi di berbagai wilayah di Indonesia dan memiliki potensi yang baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan alternatif pendapatan bagi masyarakat setempat. Sehingga, tujuan pengabdian ini adalah untuk menjembatani hasil penelitian tim penulis kepada masyarakat sebagai bentuk fasilitasi IKU 2, 3 (mahasiswa dan dosen berkegiatan di luar kampus) dan IKU 5 (hasil penelitian dosen dimanfaatkan oleh masyarakat) dalam bentuk pengenalan keragaman JLE kepada mitra dan melakukan pendampingan pembuatan produk dari JLE.…”