The Profile of Vaginal Temperature and Cytology of Vaginal Smear in Bali Cattle During Estrus Cycle Phase

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi fisiologis sapi Bali selama birahi. Sembilan ekor sapi Bali digunakan dalam penelitian sebagai sampel. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Pengukuran suhu vagina dilakukan dengan termometer digital dan sitologi vagina dengan bantuan cottonbud yang diusapkan pada glass objek. Sampel smear vagina diwarnai dengan pewarnaan Giemsa yang selanjutnya diamati dengan menggunakan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu vagina adalah 38,39 ± 0,29 o C; 38,05 ± 0,15 o C; 37,4 ± 0,74 o C; 37,86 ± 0,3 o C yang meliputi fase diestrus, metestrus, diestrus, dan proestrus. Berdasarkan sitologi vagina smear, fase estrus memiliki lebih banyak sel kornifikasi superfisial dan sel intermediate yang menyebabkan konsentrasi estrogen meningkat. Berdasarkan hasil analisis profil suhu vagina, dapat disimpulkan bahwa sitologi dari vagina smear setiap jenis fase siklus estrus memiliki karakteristik sendiri dan pada gambaran setiap sel terdapat perbedaan fase siklus estrus.

Karakteristik Sitologi Vagina Selama Siklus Estrus dan Gejala Klinis Estrus pada Banteng (Bos javanicus d’Alton 1823)

“…Penelitian mengenai perubahan sitologi vagina selama siklus estrus pada ruminansia besar telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Penelitian sitologi vagina pada sapi aceh telah dilaporkan oleh Siregar et al (2016), pada kerbau murrah (Joshi et al, 2017) dan sapi bali (Indira et al, 2014;Rahayu et al, 2019). Penelitian mengenai perubahan sitologi vagina pada banteng belum pernah dilakukan, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran perubahan sel-sel epitel vagina selama siklus dan saat estrus serta tanda-tanda klinis estrus pada banteng.…”

“…Sel superfisial keluar membran basal dan kemudian berkembang menjadi sel lain. Stimulasi estradiol 17-β mengakibatkan terjadinya perkembangan sel-sel kornifikasi (Indira et al, 2014). Peningkatan sel superfisial ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar et al (2016) pada sapi lokal Aceh.…”