2019
DOI: 10.17146/tdm.2019.21.1.5092
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

The Study of Atmospheric Dispersion Model on Accident Scenario of Research Reactor G. A. Siwabessy Using Hotspot Codes as a Nuclear Emergency Decision Support System

Abstract: G.A. Siwabessy Multipurpose Reactor (RSG-GAS) is a research reactor with thermal power of 30 MW located in the Serpong Nuclear Area (KNS), South Tangerang, Banten, Indonesia. Nuclear emergency preparedness of RSG-GAS needs to be improved by developing a decision support system for emergency response. This system covers three important aspects: accident source terms estimation, radioactive materials dispersion model into the atmosphere and radiological impact visualization. In this paper, radioactive materials … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2021
2021
2021
2021

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(2 citation statements)
references
References 15 publications
(15 reference statements)
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Reaktor Kartini memiliki daya nominal 100 kWatt [4], lebih kecil dari reaktor Bandung dengan daya 2 Mwatt [5] dan Reaktor Siwabessy Serpong dengan daya 30 Mwatt [6]. Pemantauan radioaktivitas lingkungan di reaktor Bandung hanya mencapai radius 2 km [7] sedangkan di reaktor Serpong mencapai radius 5 km [8].…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Reaktor Kartini memiliki daya nominal 100 kWatt [4], lebih kecil dari reaktor Bandung dengan daya 2 Mwatt [5] dan Reaktor Siwabessy Serpong dengan daya 30 Mwatt [6]. Pemantauan radioaktivitas lingkungan di reaktor Bandung hanya mencapai radius 2 km [7] sedangkan di reaktor Serpong mencapai radius 5 km [8].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pemantauan radioaktivitas lingkungan di sekitar KNY sampai dengan radius 5000 m, merupakan jarak yang cukup jauh dari pusat reaktor Kartini. Bila dibandingkan dengan reaktor yang ada di Bandung dan Serpong yang berkapasitas daya nya lebih besar [5,6], pemantauan lingkungan di sekitar KNY sampai dengan radius 5000 m dianggap kurang efisien sehingga perlu ada upaya optimalisasi radius pemantauan lingkungan. Hal ini juga didukung dari hasil pemantauan radioaktivitas gross beta lingkungan di sekitar KNY yang telah dilaksanakan dari tahun 1984 sampai dengan sekarang, tidak ada yang melebihi data radioaktivitas lingkungan rona awal sebelum reaktor beroperasi (tahun 1983) [11].…”
Section: Pendahuluanunclassified