Tingkat Keberhasilan Groundstroke Forehand Dan Backhand Pemain Tim Nasional Tenis Lapangan Indonesia Pada Pertandingan Davis Cup Antara Indonesia vs Vietnam Maret 2016 Di Solo.

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang Tingkat KeberhasilanPenelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan tehnik pengambilan data observasi/survey. Subjek penelitian adalah tunggal putra Tim Nasional Indonsia pada pertandingan Davis Cup antara Indonesia VS Vietnam Maret 2016 di Solo sebanyak 4 partai pertandingan. Berdasarkan pengambilan data dan olah data pertandingan Davis Cup antara Indonesia VS Vietnam adalah Total jumlah keseluruhan pukulan groundstroke forehand dan backhand pemain Indonesia adalah 1228 dengan total slice 278, topsin 904, dan flat 46 dengan prosentase slice 23%, topspin 73% dan flat 4%. Total keberhasilan pukulan groundstroke forehand dan backhand pemain Indonesia adalah 1000 pukulan dengan rally sebanyak 786 kali, point sebanyak 214 kali. Adapun kegagalan pukulan sebanyak 228 pukulan.Maka dapat disimpulkan bahwa forehand topspin memiliki tingkat keberhasilan pukulan paling banyak dengan prosentase 83% dalam perolehan point pemain Tim Nasional tenis lapangan pada pertandingan Davis Cup antara Indonesia VS Vietnam Maret 2016 di Solo. Dengan prosentase keberhasilan tidak point (rally) 57%, dengan keberhasilan point 26%, dan kegagalan 17%.

Variasi Latihan Groundstroke Forehand & Backhand Dalam Bentuk Games Untuk Atlet Junior Tenis Lapangan

“…5 (lima) faktor ini saling terkait dan menunjang satu dengan lainnya. Namun pada dasarnya tenis lapangan adalah olahraga permainan yaitu olahraga yang didalmanya sangat membutuhkan skill dan teknik (Seff et al, 2017). Faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi di antaranya kondisi fisik/biomotor, kemampuan penguasaan teknik dan taktik, serta faktor psikologikal (Alim, 2018).…”

“…Keterampilan teknik seseorang dikembangkan melalui latihan-latihan yang dilakukan secara sistemais, terencana dan mempertimbangkan prinsip-prinsip latihan (Amni et al, 2019) Dilihat dari proses gerakannya teknik groundstroke adalah bola yang dipukul setelah memantul terlebih dahulu di lapangan permainan, dimana saat melakukan pemain harus melakukan pergerakan ke kanan,ke depan, ke belakang, kiri dan kanan dengan tujuan untuk mengembalikan bola dari pukulan lawan (Jatra et al, 2020). Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh (Seff et al, 2017) (Seff et al, 2017).…”

“…Sedikitnya setengah dari keseluruhan permainan tenis lapangan di dominasi oleh pukulan groundstroke forehand (Brown, 2007). Groundstroke forehand merupakan pukulan yang dilakukan setelah bola memantul di lapangan dimana bola dipukul dimulai dengan posisi open stand atau close stand, dilanjutkan dengan membawa raket kebelakang (backswing) dilanjutkan ayunan raket kedepan dengan contact point terjadi di depan badan diakhiri dengan followthrough yang membawa raket kebelakang kepala (finishing) (Seff et al, 2017).…”

“…Selain groundstroke forehand yang perlu dikuasai oleh seorang petenis adalah groundstroke backhand. Groundstroke backhand merupakan pukulan yang dilakukan setelah bola memantul di lapangan dimana bola dipukul dengan menggunakan punggung tangan dimulai dengan open stand maupun close stand dengan mengayunkan raket dari belakang ke depan hingga terjadi followthrough dengan contact point di depan badan dan dengan penyelesaian raket di belakang kepala sebelah kanan jika pemain menggunakan tangan kanan, maka punggung tangan kanan yang menggenggam raket akan menghadap ke bola (Seff et al, 2017). Kemudian teknk ini juga harus menjadi bahan pertimbangan, baik teknik, kerasnya pukulan, dan arah pukulan.…”

Model Rangkaian Tes Keterampilan Tenis Lapangan pada Pemain Putra Kelompok Usia 12-14 Tahun

“…Tenis lapangan adalah olahraga yang dapat di mainkan antara 2 pemain (single) dan 2 pasangan (double). Setiap pemain menggunakan raket untuk memukul bola, tujuan dari permainan ini adalah mencari point dengan memukul bola ke segala arah yang sudah di tentukan dalam peraturannya, sehingga lawan tidak mampu menjakau bola dan terjadi point (Seff, Marison, & Setiakarnawijaya, 2017).…”