Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Mencuci Tangan Pengunjung di Satu Rumah Sakit Swasta Indonesia Tengah

Abstract

Pendahuluan: Pengunjung berpotensi dalam menyebarkan infeksi di rumah sakit. Mencuci tangan merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi penyebaran infeksi tersebut. Perilaku mencuci tangan dipengaruhi oleh pengetahuan. Pengunjung yang memiliki pengetahuan yang baik diharapkan memiliki perilaku yang baik agar penyebaran infeksi dari pengunjung kepada pasien tidak terjadi.
 Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan pengunjung pasien di satu rumah sakit.
 Metode: Desain penelitian adalah kuantitatif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah pengunjung pasien di tiga ruang rawat inap dengan sampel sebanyak 63 pengunjung yang menggunakan accidental sampling dengan kriteria inklusi yaitu pengunjung berusia 18-60 tahun dan bersedia menjadi responden penelitian. Instrumen berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner tingkat pengetahuan dengan r hitung 0,409–0,738 dan nilai Cronbach’s alpha 0,705 sedangkan kuesioner perilaku mencuci tangan dengan r hitung 0,484–0,870 dan nilai Cronbach’s alpha 0,756.
 Hasil: Sebagian besar responden (73.02%) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan lebih dari setengah responden (55.55%) menunjukkan perilaku cuci tangan yang baik. Analisa data dengan uji chi-square didapatkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan pengunjung (p=0,049; OR=3,12, α=0,05).
 Kesimpulan: Hasil penelitian ini membuktikan tingkat pengetahuan memiliki hubungan yang positif dengan perilaku mencuci tangan pengunjung di satu rumah sakit swasta Indonesia tengah.

Edukasi Cara Cuci Tangan yang Baik dan Benar Sesuai dengan Anjuran WHO di Yayasan Hidayatul Wildan

“…Beberapa literatur penelitian menemukan pengetahuan responden yang kurang sedangkan perilaku atau tindakan mencuci tangan termasuk kategori baik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan pada responden. Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pendidikan, pekerjaan dan usia sedangkan faktor internal mencakup lingkungan dan budaya (Randan et al, 2020).…”

Patient And Family Education About Infection Prevention By Hand Hygiene At Cikarang Sentra Medika Hospital

“…Pemilihan materi dilakukan berdasarkan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya mencegah penyebaran infeksi di lingkungan rumah sakit. (Randan et al, 2020;Sinanto, 2020)…”

Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Penerapan Perilaku Pencegahan Infeksi pada Keluarga Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata

“…Standard precautions merupakan perilaku pencegahan infeksi yang harus dilakukan oleh semua orang, termasuk keluarga pasien. Menurut (Randan, Sihombing, & Lebdawicaksaputri, 2020) bahwa penularan infeksi dapat terjadi melalui sentuhan langsung dari tangan keluarga pasien karena kuman patogen yang didapat dari keluarga lebih tinggi yaitu sebesar 39,6%. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga pasien sangat berpotensi dalam menyebarkan patogen penyebab infeksi.…”

“…Berdasarkan laporan evaluasi penerapan perilaku cuci tangan di salah satu rumah sakit menunjukkan bahwa masih banyak orang memiliki kesadaran dan minat yang kurang untuk melakukan kegiatan mencuci tangan (Syafridayani, 2019). Menurut (Randan et al, 2020) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor pendidikan, usia, minat, pengalaman, dan lingkungan (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang dapat memicu terjadinya perilaku.…”

“…Selain dipengaruhi oleh pengalaman, tingkat pengetahuan seseorang juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik di sekitarnya, misalnya tersedianya media promosi kesehatan berupa pamflet atau leaflet tentang mencuci tangan, menggunakan masker, serta menerapkan etika batuk dan bersin di sekitar ruang rawat inap. Menurut temuan yang didapatkan pada penelitian (Randan et al, 2020), bahwa fasilitas berupa poster sudah tersedia di rumah sakit, namun belum dimanfaatkan dengan baik dan keluarga menganggap bahwa informasi dalam poster tersebut hanya ditujukan kepada petugas kesehatan saja. Oleh karena itu, pihak rumah sakit perlu menempelkan media promosi kesehatan tersebut di tempat-tempat yang strategis dan yang lebih mudah diakses oleh keluarga pasien, seperti di setiap kamar pasien, toilet, atau di sepanjang jalan menuju ruang rawat inap, serta perlu dilakukan pemberian pendidikan kesehatan atau sosialisasi mengenai pentingnya menerapkan perilaku pencegahan infeksi selama berada di lingkungan rumah sakit.…”