This study aims to explore how standards of beauty and physical attractiveness influence job opportunities in the hospitality and tourism industries, particularly in the context of discrimination occurring in the initial stages of the job market, as reflected in job vacancy announcements. Utilising a reflective digital sociology approach, an analysis was conducted on job listings from the jobstreet.co.id portal, focusing on the hospitality and tourism sectors. The findings indicate that skills such as communication abilities, a good personality, and physical attractiveness often emerge as primary factors in the selection process. Notably, an attractive appearance is frequently considered an essential qualification and indicates a tendency towards discrimination at the initial stage of recruitment. This study finds that physical attractiveness is not only valued but also acts as a discriminatory factor, limiting job opportunities for those who do not meet subjective standards of beauty. These findings affirm that individuals with physical attractiveness are more likely to succeed in the hospitality and tourism industries compared to those who are less physically attractive.
AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana standar kecantikan dan daya tarik fisik mempengaruhi peluang kerja di industri perhotelan dan pariwisata, khususnya terkait dengan diskriminasi dalam tahapan awal proses rekrutmen, seperti yang tercermin dalam pengumuman lowongan kerja. Menggunakan pendekatan sosiologi digital reflektif, analisis dilakukan terhadap data lowongan pekerjaan dari portal jobstreet.co.id, dengan fokus pada sektor perhotelan dan pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi, kepribadian yang baik, dan daya tarik fisik sering kali menjadi faktor utama dalam proses seleksi. Penampilan yang menarik, khususnya, sering kali dianggap sebagai kualifikasi penting dan mengindikasikan adanya kecenderungan diskriminatif pada fase awal rekrutmen. Temuan ini menemukan bahwa daya tarik fisik tidak hanya dihargai tetapi juga berperan sebagai faktor diskriminatif, membatasi kesempatan kerja bagi mereka yang tidak memenuhi standar kecantikan subjektif. Hal ini menegaskan bahwa individu dengan daya tarik fisik cenderung memiliki peluang yang lebih besar untuk sukses dalam industri perhotelan dan pariwisata dibandingkan mereka yang tidak menarik secara fisik.