Tradisi Filantropi Santri dan Personalisasi Institusi (Studi Tradisi “Salam Templek” dalam Kepemimpinan Kyai di Pesantren)

Abstract

Penelitian dalam artikel ini ingin menjawab bagaimana personalisasi institusi Filantropi terjadi pada kepemimpinan Kyai di pesantren?, dan apa makna “Salam templek” dalam tradisi filantropi santri?. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode diskrptif analitis, dan data dikumpulkan dari wawancara mendalam dengan relawan yang bersangkutan dan dikuatkan dengan data tetulis dan dokumentatif yang berasal dari buku, jurnal yang relevan dengan tema. Hasilnya; 1) Personalisasi institusi filantropi terjadi karena kepemimpinan karismatik Kyai dan budaya pantron klien, karisma ketokohan dalam kepemimpinan Kyai dalam memimpin lebih kuat dari lembaga yang dipimpin, sehingga pribadi Kyai menjadi pusat pengambilan kebutusan, keputasan Kyai adalah keputusan institusi. Keputusan Kyai di atas keputusan lembaga, karena lembaga adalah subordinat dari personal Kyai; 2) Salam templek adalah wujud kedermawanan personal seoarang santri kepada gurunya secara sukarela, yang bermakna simbol ungkapan terimakasih, sedekah, hadiah, pengharapan berkah, permohonan restu, hingga permohonan doa. Santri percaya bahwa donasinya penting dan manfaatnya kembali pada yang berdonasi. Pendonasian derma ini dipersembahkan langsung kepada pribadi sang Kyai, lantaran kekuatan karisma personal Kyai berada di atas lembaga yang dipimpinya (personalisasi institusi), tradisi ini dalam relasi timbal balik Kyai-santri merupakan jawaban kedermawanan Kyai kantong bolong yang mewakafkan dirinya, hartanya bagi pendidikan santri, pesantren, dan masyarakat.