Abstrak
Gizi buruk adalah kondisi kekurangan zat gizi karena rendahnya asupan energi dan protein, yang ditandai dengan pertumbuhan badan yang tidak sesuai umur. Di Indonesia, prevalensi stunting atau gizi buruk mencapai 24,4 persen, melampaui target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional sebesar 14 persen. Oleh karena itu, melakukan upaya untuk menangani setiap kejadian gizi buruk yang terdeteksi merupakan salah satu strategi untuk memerangi masalah gizi buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana penanggulangan gizi buruk pada tahun 2023 di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. Metodologi penelitian deskriptif kualitatif digunakan. Purposive sampling adalah metode yang digunakan untuk memilih informan, dan informan dipilih secara sadar berdasarkan seperangkat kriteria dan faktor. Ada lima informan penting: direktur puskesmas, dokter, perawat, petugas gizi, dan programmer yang menangani gizi. Dua orang yang dapat memberikan informasi dengan jelas, terutama ibu dari bayi kurang gizi yang anaknya telah menerima perawatan rawat jalan atau rumah sakit, memenuhi persyaratan sebagai informan yang sering ditemui. Menurut temuan penelitian, SOP Puskesmas Poasia untuk menangani malnutrisi diikuti dengan baik saat memberikan perawatan rawat jalan. Sambil menunggu stabilisasi, perawatan anak dengan gizi buruk di layanan rawat inap berjalan efektif dan sesuai dengan SOP penanganan gizi buruk. SOP tersebut juga telah dimodifikasi untuk memperhitungkan pedoman dan kebutuhan diet. rehabilitasi dan transisi. Menurut temuan studi, tatalaksana malnutrisi di Puskesmas Poasia untuk layanan rawat jalan dan rawat inap sudah sesuai dengan pedoman kerangka kerja manajemen malnutrisi tahun 2020.
Kata kunci: Balita; Layanan Rawat Jalan; Layanan Rawat Inap; Tata Laksana Gizi Buruk
Abstract
Malnutrition is a condition characterized by a lack of essential nutrients due to inadequate intake of energy and protein, resulting in improper growth relative to age. In Indonesia, the prevalence of stunting or malnutrition reaches 24.4%, exceeding the target set in the National Medium-Term Development Plan of 14%. Therefore, addressing every case of malnutrition is a crucial strategy to combat this issue. The aim of this research is to further understand how malnutrition is managed in 2023 at the Poasia Health Center's working area, both on outpatient and inpatient care. A qualitative descriptive research methodology was employed, and purposive sampling was used to select informants. Five key informants were identified: the health center director, doctors, nurses, nutrition officers, and program officers responsible for nutrition. Two individuals who could provide clear information, especially mothers of malnourished children who had received outpatient or hospital care, met the criteria as frequently encountered informants. According to the research findings, the Poasia Health Center's standard operating procedure (SOP) for malnutrition management is effectively followed during outpatient care. Inpatient care for malnourished children is also efficiently conducted, following the SOP for malnutrition management while waiting for stabilization. The SOP has been modified to incorporate guidelines and dietary rehabilitation and transition needs. According to the study findings, malnutrition management at the Poasia Health Center for both outpatient and inpatient services aligns with the 2020 malnutrition management framework guidelines..
Keywords: Toddlers; Outpatient Services; Inpatient Services; Management of Malnutrition