Produktivitas kembang kol pada tahun 2020 mencapai 13,03 ton/ha dan 13,42 ton/ha pada tahun 2021, namun mengalami penurunan pada tahun 2022 yang hanya mencapai 12,54 ton/ha. Produktivitas tersebut masih tergolong cukup rendah, Salah satu permasalahan budidaya kembang kol yaitu penggunaan pupuk anorganik yang berdampak pada kualitas tanah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah penambahan pupuk organik yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah dan penambahan Trichoderma sp. untuk mempercepat tersedianya hara sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis kompos dan dosis Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kembang kol. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama dosis kompos yang terdiri dari 4 taraf, yaitu K0 (tanpa kompos), K1 (75 g), K2 (100 g) dan K3 (125 g), sedangkan faktor kedua dosis Trichoderma sp. terdiri dari 4 taraf yaitu, T0 (tanpa Trichoderma sp.), T1 (15 g), T2 (25 g) dan T3 (35 g). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Apabila terdapat hasil yang berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf kepercayaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara kompos dan Trichoderma sp. Perlakuan kompos memberikan pengaruh berbeda nyata. Perlakuan dosis 100 g/tanaman memberikan hasil terbaik pada jumlah daun, berat kering kembang kol, diameter kembang kol dan kandungan klorofil. Perlakuan Trichoderma sp. pada dosis 15 g/tanaman hanya memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter volume akar.